Amsal 22:14

"Mulut orang sundal menggali lubang yang dalam; orang yang dimurkai TUHAN akan jatuh ke dalamnya."
"Setiap perkataan memiliki bobot; pilihlah dengan bijak."

Amsal 22:14 menyajikan sebuah peringatan yang lugas dan mendalam mengenai kekuatan kata-kata, khususnya yang berasal dari bibir yang cenderung pada kebodohan atau kesesatan. Ayat ini membandingkan perkataan seperti itu dengan sebuah lubang yang dalam, siap menjebak siapa pun yang tidak berhati-hati. Kata "sundal" dalam konteks ini tidak hanya merujuk pada tindakan jasmani, tetapi lebih luas mencakup perilaku dan perkataan yang tidak bermoral, tidak benar, dan tidak bijaksana.

Makna Tersembunyi di Balik Perkataan

Mengapa mulut orang sundal digambarkan menggali lubang yang dalam? Ini mengindikasikan bahwa perkataan yang keluar darinya bukan sekadar omong kosong sementara, melainkan memiliki dampak yang signifikan dan berkelanjutan. Perkataan yang penuh kebohongan, fitnah, kesombongan, atau rayuan maut dapat merusak reputasi, menghancurkan hubungan, dan menjerumuskan orang lain ke dalam masalah yang sulit diatasi. Lubang yang dalam melambangkan jebakan yang sulit untuk keluar, sebuah konsekuensi negatif yang bisa berlangsung lama.

Selanjutnya, ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa "orang yang dimurkai TUHAN akan jatuh ke dalamnya." Ini bukan berarti Tuhan secara aktif menjebak orang, melainkan menunjukkan bahwa orang yang secara konsisten memilih untuk mengikuti perkataan yang menyesatkan, atau justru menyebarkan perkataan yang merusak, akan menuai akibat buruk dari pilihan mereka sendiri. Murka Tuhan di sini bisa diartikan sebagai ketidaksetujuan-Nya terhadap kebejatan moral dan kebejatan ucapan, yang pada akhirnya akan membawa konsekuensi destruktif bagi pelakunya.

Pentingnya Kebijaksanaan Lisan

Amsal ini merupakan panggilan untuk senantiasa menjaga lisan. Kebijaksanaan tidak hanya terletak pada pengetahuan, tetapi juga pada bagaimana kita menggunakan lidah kita. Perkataan yang benar, membangun, dan penuh kasih akan menjadi berkat, sementara perkataan yang jahat akan menjadi jerat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada pilihan: apakah akan memperkatakan sesuatu yang merusak atau membangun? Apakah akan menyebarkan kebenaran atau kebohongan?

Sangat penting untuk merenungkan Amsal 22:14 sebagai pengingat bahwa setiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan. Ia bisa menjadi alat untuk kebaikan atau kehancuran. Mengendalikan lidah adalah tanda kedewasaan spiritual dan kebijaksanaan sejati. Mari kita berupaya agar perkataan kita selalu mencerminkan kebenaran, kebaikan, dan kasih, sehingga kita tidak hanya terhindar dari lubang kebinasaan, tetapi juga menjadi berkat bagi orang lain.

Perkataan yang bijak dan benar akan membangun, bukan menghancurkan. Pilihlah kata-katamu dengan sadar, sebab setiap ucapan memiliki konsekuensi yang dalam. Lindungi dirimu dan orang lain dari jebakan perkataan yang menyesatkan.