Ayat firman Tuhan dalam Yesaya 30:2 memberikan peringatan yang tegas kepada umat-Nya mengenai bahaya mengandalkan kekuatan dan strategi duniawi daripada bersandar kepada Allah. Ayat ini berbunyi, "Beginilah firman TUHAN: 'Celakalah anak-anak itu yang berontak, yang melarikan diri, yang berunding tetapi tidak dengan Aku, yang membuat perjanjian tetapi tidak dengan Roh-Ku, sehingga menambah dosa di atas dosa.'"
Pesan ini diucapkan pada masa ketika bangsa Israel, khususnya kerajaan Yehuda, sering kali terjerumus ke dalam kebiasaan buruk mencari bantuan dari bangsa-bangsa asing, seperti Mesir, daripada sepenuhnya percaya kepada perlindungan dan kekuatan Tuhan. Mereka berunding, membuat aliansi, dan menyusun rencana seolah-olah mereka bisa mengendalikan nasib mereka sendiri tanpa melibatkan Sang Pencipta alam semesta.
Kata "berontak" dan "melarikan diri" dalam ayat ini menggambarkan sikap hati yang menolak kedaulatan Tuhan dan berusaha lari dari tanggung jawab serta ketergantungan kepada-Nya. Ini bukan sekadar pemberontakan fisik, melainkan pemberontakan spiritual yang mendalam, di mana hati dan pikiran mereka berpaling dari jalan Tuhan. Mereka mencari "keselamatan" di tempat yang salah, di sumber yang keliru.
Ayat ini sangat relevan bagi kita di zaman sekarang. Sering kali, kita juga tergoda untuk "berunding tetapi tidak dengan Tuhan". Dalam menghadapi tantangan hidup, kegelisahan, atau masalah yang kompleks, naluri pertama kita mungkin adalah mencari solusi dari akal manusia, dari nasihat teman, dari sumber daya finansial, atau dari kekuatan politik yang ada. Kita mungkin membuat "perjanjian" dengan berbagai cara, baik secara implisit maupun eksplisit, yang tidak pernah menyertakan Roh Kudus sebagai penasihat utama.
Perilaku ini, menurut Yesaya, hanya akan "menambah dosa di atas dosa." Mengapa demikian? Karena ketika kita mengabaikan Tuhan, kita pada dasarnya menyatakan bahwa kita tidak percaya pada kuasa-Nya, kebijaksanaan-Nya, atau kasih-Nya untuk menolong kita. Ini adalah penolakan terhadap kebaikan dan kedaulatan-Nya. Setiap kali kita berpaling dari Tuhan untuk mencari kekuatan lain, kita semakin menjauhkan diri dari sumber kebenaran dan kedamaian sejati.
"Celakalah" dalam konteks ini bukan hanya berarti malapetaka, tetapi juga kesadaran akan konsekuensi yang mengerikan dari tindakan yang salah ini. Tanpa Tuhan, setiap rencana kita rapuh, setiap pertahanan kita lemah, dan setiap perjanjian kita tidak akan bertahan lama. Kita akan terus menerus terjebak dalam siklus kekhawatiran dan ketidakpastian, karena kita tidak pernah menemukan sumber kekuatan yang permanen dan terpercaya.
Oleh karena itu, firman Tuhan melalui Yesaya 30:2 mengundang kita untuk melakukan introspeksi mendalam. Apakah kita sedang "melarikan diri" dari ketergantungan pada Tuhan? Apakah "perundingan" dan "perjanjian" kita dalam hidup benar-benar melibatkan Dia? Sebaliknya, marilah kita belajar untuk selalu mencari hikmat dari Roh Kudus, membuat keputusan berdasarkan Firman-Nya, dan menaruh seluruh kepercayaan kita kepada TUHAN. Dialah sumber kekuatan, perlindungan, dan kedamaian yang sejati yang tidak akan pernah mengecewakan. Dengan berserah kepada-Nya, kita akan menemukan jalan keluar yang benar dari segala kekhawatiran dan pertobatan sejati.