Amsal 23:34 - Menggali Kebijaksanaan di Balik Kesenangan

"Maka engkau akan menjadi seperti orang yang tertidur di tengah laut, seperti orang yang tertidur di puncak tiang kapal."

Kitab Amsal merupakan gudang kebijaksanaan yang tak ternilai, menawarkan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang benar dan bermakna. Salah satu ayat yang menarik perhatian, dan terkadang menimbulkan pertanyaan, adalah Amsal 23:34: "Maka engkau akan menjadi seperti orang yang tertidur di tengah laut, seperti orang yang tertidur di puncak tiang kapal." Ayat ini, meskipun singkat, menyimpan makna yang mendalam tentang bahaya mengejar kesenangan duniawi tanpa kendali diri dan kesadaran akan konsekuensinya.

Ilustrasi kapal di laut dengan kesenangan yang menipu.

Gambaran "tertidur di tengah laut" atau "di puncak tiang kapal" melambangkan kondisi seseorang yang mabuk oleh kenikmatan sesaat, baik itu alkohol, kesenangan duniawi, atau bahkan kekayaan yang diperoleh secara tidak sah. Di tengah lautan kehidupan yang penuh gelombang dan bahaya, orang seperti ini kehilangan kewaspadaan. Mereka tidak menyadari potensi bahaya yang mengintai, seperti badai yang bisa datang tiba-tiba, karamnya kapal, atau ancaman lain yang dapat merenggut segalanya.

Amsal 23:35 kemudian melanjutkan dengan mengatakan, "Mereka memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit; mereka memetuki aku, tetapi aku tidak merasakannya. Bilakah aku bangun? Aku akan mencari minum lagi!" Kalimat ini menggambarkan betapa dalam keterlenaan orang tersebut. Peringatan, teguran, bahkan pukulan (secara kiasan) tidak lagi mampu menyadarkan. Kesadaran diri telah terkikis habis oleh kenikmatan yang memabukkan. Mereka kehilangan kemampuan untuk merasakan bahaya, untuk merespons peringatan, dan yang paling menyedihkan, kehilangan keinginan untuk mencari jalan keluar dari jurang kehancuran. Mereka terus menerus menginginkan "minum lagi," sebuah metafora untuk terus menerus mencari kepuasan sesaat tanpa memikirkan akibatnya.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya keseimbangan dan kendali diri. Kebanyakan hal dalam hidup dapat menjadi baik jika dinikmati dengan bijak, namun menjadi racun jika dikonsumsi berlebihan atau tanpa kesadaran. Mengejar kesenangan tanpa henti, melupakan tanggung jawab, mengabaikan prinsip-prinsip moral, atau terperangkap dalam kecanduan, adalah cara-cara yang dapat membuat kita "tertidur" dalam kehidupan. Kita mungkin merasa nyaman sesaat, namun kita kehilangan pandangan akan tujuan hidup yang lebih besar dan potensi kehancuran yang mungkin terjadi.

Kebijaksanaan Amsal 23:34-35 mengajak kita untuk tetap terjaga, waspada, dan berakar pada hal-hal yang benar. Ini bukan berarti kita tidak boleh menikmati hidup atau mencari kebahagiaan. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk mencari sukacita yang sejati dan berkelanjutan, yang tidak membuat kita kehilangan arah atau mengabaikan nilai-nilai penting. Dengan hati yang sadar dan pikiran yang jernih, kita dapat menavigasi lautan kehidupan dengan lebih aman, menghindari tiang-tiang kapal kesenangan yang menipu, dan sampai pada tujuan yang bermakna.