Ayat dari Kitab Amsal ini menawarkan sebuah janji yang indah dan kuat: bahwa hikmat membawa dua berkat utama dalam kehidupan seseorang, yaitu perpanjangan usia dan peningkatan kemuliaan. Kata "hikmat" dalam konteks Alkitab bukanlah sekadar kecerdasan akademis atau pengetahuan semata. Hikmat sejati adalah pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip ilahi, kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, serta penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan bijaksana. Ini adalah seni menjalani hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Hubungan antara hikmat dan umur panjang mungkin tidak selalu berarti umur yang secara fisik lebih lama dalam setiap kasus. Namun, hikmat seringkali mendorong gaya hidup yang sehat, pengambilan keputusan yang bijak dalam hal kesehatan, serta kemampuan untuk mengelola stres dan emosi yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Lebih dari itu, hikmat ilahi seringkali dikaitkan dengan kehidupan yang dipenuhi makna dan kedamaian batin, yang membuat setiap tahun yang dijalani terasa lebih berharga dan "panjang" dalam kualitasnya. Seseorang yang hidup dengan hikmat cenderung menghindari jalan-jalan yang berbahaya dan destruktif, yang pada akhirnya dapat mempersingkat hidup.
Aspek kedua dari janji ini adalah "bertambah-tambah kemuliaan". Kemuliaan di sini dapat diartikan dalam berbagai cara. Bagi orang yang beriman, kemuliaan tertinggi adalah kemuliaan yang datang dari Tuhan, sebuah pengakuan dan kedekatan dengan Sang Pencipta. Orang yang hidup dalam hikmat akan semakin mencerminkan karakter Tuhan, dan melalui tindakan serta perkataan mereka, kemuliaan Tuhan dapat dinyatakan.
Selain itu, kemuliaan juga bisa merujuk pada kehormatan, reputasi baik, dan dampak positif yang seseorang miliki di mata orang lain. Hikmat mengajarkan kerendahan hati, integritas, keadilan, dan kasih. Sifat-sifat ini secara alami membangun rasa hormat dan kekaguman dari lingkungan sekitar. Seiring waktu, tindakan-tindakan bijak yang konsisten akan menghasilkan warisan yang mulia, sebuah nama baik yang akan terus dikenang. Kemuliaan ini bukanlah kesombongan duniawi, melainkan buah dari kehidupan yang dijalani sesuai dengan kebenaran dan kebaikan.
Oleh karena itu, Amsal 9:11 bukanlah sekadar pernyataan pasif, melainkan sebuah ajakan aktif. Ini adalah pengingat bahwa hikmat adalah sesuatu yang dapat dan harus dikejar. Kitab Amsal berulang kali menekankan pentingnya mencari hikmat seperti mencari harta karun tersembunyi. Sumber utama dari hikmat yang sejati adalah ketakutan akan Tuhan, yang berarti menghormati-Nya dan tunduk pada kehendak-Nya.
Dalam perjalanan hidup yang seringkali penuh tantangan dan ketidakpastian, berpegang teguh pada hikmat ilahi adalah jangkar yang kokoh. Ia membimbing langkah kita, mencerahkan jalan kita, dan memastikan bahwa kita tidak tersesat dalam kegelapan kebodohan atau godaan duniawi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip hikmat dalam setiap aspek kehidupan, kita tidak hanya memperpanjang kualitas hidup kita, tetapi juga menabur benih-benih kemuliaan yang akan berbuah melimpah, baik di dunia ini maupun untuk kekekalan.