Ayub 20:28

"Kekayaannya akan dibawa lari, akan dibawa pergi seperti air pasang. Dan oleh amarah-Nya yang dahsyat, semuanya akan lenyap."

Ayat Ayub 20:28 adalah sebuah pernyataan kuat yang menggugah pemikiran tentang sifat sementara kekayaan dan bagaimana hal itu bisa hilang, terutama dalam konteks kemarahan ilahi. Dalam Kitab Ayub, kita menyaksikan perjuangan Ayub melawan penderitaan yang luar biasa, sementara teman-temannya berusaha menjelaskan penyebabnya melalui lensa pembalasan ilahi. Ayat ini, yang diucapkan oleh Zofar, salah satu teman Ayub, menyoroti keyakinan bahwa orang fasik, meskipun tampaknya makmur, pada akhirnya akan kehilangan segalanya.

Ungkapan "Kekayaannya akan dibawa lari, akan dibawa pergi seperti air pasang" memberikan gambaran visual yang dramatis tentang kehancuran yang tiba-tiba dan tak terkendali. Air pasang yang naik bisa menghancurkan apa saja yang menghalanginya, menyapu bersih harta benda dan kehormatan. Ini bukan tentang kehilangan bertahap, melainkan tentang malapetaka yang datang dengan cepat dan membinasakan. Konsep ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini bisa hilang dalam sekejap.

Bagian kedua dari ayat tersebut, "Dan oleh amarah-Nya yang dahsyat, semuanya akan lenyap," menunjuk langsung pada sumber dari kehancuran ini: murka Allah. Dalam pemahaman Zofar, dan banyak orang pada masa itu, penderitaan dan kehilangan adalah akibat langsung dari dosa dan ketidaktaatan kepada Tuhan. Murka ilahi digambarkan sebagai kekuatan yang tak terbendung, yang mampu melenyapkan segalanya. Ini adalah peringatan keras bagi mereka yang mengabaikan keadilan dan kebenaran ilahi.

Meskipun ayat ini berasal dari konteks teologis yang spesifik, maknanya dapat diperluas untuk refleksi pribadi. Di era modern ini, kita sering kali mengejar kekayaan materi dan kesuksesan duniawi. Namun, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan bahwa hal-hal tersebut bersifat fana. Kekayaan yang kita kumpulkan, status yang kita capai, dan kenyamanan yang kita nikmati, semuanya dapat lenyap. Menghubungkan kehilangan ini dengan "amarah-Nya yang dahsyat" mungkin menimbulkan pemahaman yang beragam. Bagi sebagian orang, ini adalah peringatan tentang konsekuensi spiritual dari gaya hidup yang menjauh dari nilai-nilai kebaikan. Bagi yang lain, ini bisa diartikan sebagai hukum alam semesta, di mana tindakan memiliki konsekuensi, dan ada kekuatan yang lebih besar yang mengatur segalanya.

Pada akhirnya, Ayub 20:28 mendorong kita untuk mencari nilai-nilai yang lebih abadi. Mungkin nilai-nilai tersebut terletak pada integritas, kasih, keadilan, dan hubungan spiritual. Membangun hidup di atas fondasi yang kokoh, yang tidak dapat disapu oleh "air pasang" duniawi, adalah kebijaksanaan yang tak ternilai. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu melekat pada harta benda duniawi, karena mereka dapat diambil kapan saja, dan untuk selalu menjaga hubungan yang benar dengan kekuatan yang lebih besar, apa pun interpretasi kita tentang-Nya.