"Dan aku mengenakan keadilan seperti pakaian, dan kelepasan seperti jubah dan serbanku."
Ayub, dalam masa kejayaannya, menggambarkan dirinya mengenakan keadilan dan kelepasan layaknya pakaian. Pernyataan ini bukanlah sekadar retorika kosong, melainkan cerminan mendalam tentang integritas dan komitmennya terhadap kebenaran, serta betapa ia merasakan kehadiran dan perlindungan ilahi dalam hidupnya. Dalam konteks kehidupan modern, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana nilai-nilai keadilan dan kelepasan seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari diri kita, seperti pakaian yang melekat pada tubuh.
Ayub sedang mengenang masa lalu yang penuh berkat. Ia tidak hanya bicara tentang keadilan dalam arti hukum, tetapi juga tentang keadilan dalam tindakan, dalam hubungan, dan dalam cara ia memandang dunia. Ia melihat keadilan sebagai prinsip fundamental yang harus dipegang teguh. Ketika ia berkata "mengenakan keadilan seperti pakaian," itu berarti keadilan bukanlah sesuatu yang hanya ia pakai sesekali, melainkan telah menjadi bagian dari identitasnya, bagian dari kepribadiannya. Kehidupan yang dijalani dengan keadilan akan mendatangkan rasa aman dan kedamaian, layaknya mengenakan pakaian yang nyaman dan melindungi.
Lebih lanjut, Ayub menyebutkan "kelepasan seperti jubah dan serbanku." Jubah dan serban pada masa itu bukan hanya pakaian, tetapi juga penanda status dan perlindungan. Dengan mengenakan kelepasan sebagai jubah dan serban, Ayub menyiratkan bahwa ia merasa aman, terlindungi, dan terbebaskan dari berbagai ancaman dan kesulitan. Ini mencerminkan keyakinannya yang kuat pada kuasa dan kebaikan Allah yang selalu hadir untuk memberikan pertolongan. Kelepasan ini bukan hanya sekadar kebebasan fisik, tetapi juga kebebasan spiritual dan emosional yang bersumber dari kepercayaan pada Tuhan.
Dalam penderitaannya yang luar biasa, Ayub tidak pernah sepenuhnya kehilangan pandangannya tentang keadilan dan kelepasan yang pernah ia alami. Ayat ini menjadi pengingat baginya, dan bagi kita, bahwa di tengah badai kehidupan, prinsip-prinsip kebenaran dan keyakinan akan pertolongan Tuhan tetap menjadi jangkar yang kokoh. Ini juga mengajarkan kita bahwa usaha untuk hidup adil dan mencari kelepasan dari segala bentuk penindasan atau kesulitan adalah sebuah panggilan.
Saat ini, banyak orang yang bergumul dengan ketidakadilan, rasa cemas, dan berbagai beban hidup. Ayat Ayub 29:13 memberikan inspirasi. Keadilan yang sejati tidak hanya terwujud dalam sistem hukum, tetapi juga dalam sikap pribadi kita sehari-hari: kejujuran, integritas, dan kepedulian terhadap sesama. Kelepasan yang ilahi datang ketika kita berserah dan memercayai penyelenggaraan Tuhan, sembari berusaha untuk hidup sesuai dengan firman-Nya. Memang, kita mungkin tidak bisa selalu mengenakan "pakaian" keadilan dan kelepasan secara sempurna seperti Ayub yang dikenangnya, namun kita dapat terus berjuang untuk mendekati ideal tersebut.
Marilah kita jadikan keadilan dan kelepasan sebagai nilai-nilai yang kita junjung tinggi, dan dalam setiap langkah hidup, kita dapat merasakan naungan kasih dan pertolongan Allah yang setia.