Kisah Rasul 9:9

Kisah Para Rasul 9:9
"Dan selama tiga hari itu ia tidak dapat melihat, dan tidak makan, dan tidak minum."

Perjalanan Menuju Damaskus yang Berubah Drastis

Kisah Para Rasul 9:9 menggambarkan sebuah momen krusial dalam perjalanan iman seorang tokoh penting dalam sejarah Kekristenan: Saulus dari Tarsus. Sebelum peristiwa ini, Saulus dikenal sebagai penganiaya brutal terhadap jemaat Kristus, seorang Farisi yang taat pada hukum Taurat Musa, dan memiliki semangat membara untuk membasmi ajaran baru yang dianggap sesat. Ia berkeyakinan bahwa dengan menindas pengikut Yesus, ia sedang melayani Allah dengan benar.

Namun, takdir ilahi merencanakan lain. Saat dalam perjalanan menuju Damaskus dengan misi untuk menangkap dan membawa para pengikut Kristus ke Yerusalem, sebuah kejadian luar biasa terjadi. Sebuah cahaya yang lebih terang dari matahari menyilaukan Saulus dan orang-orang yang bersamanya. Jatuhlah ia ke tanah, dan terdengarlah suara yang berkata kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?"

Simbol transformasi cahaya dan mata tertutup Pertobatan

Masa Kegelapan dan Kebutaan

Pertanyaan itu datang dari pribadi yang dianiayanya: Yesus sendiri. Peristiwa ini begitu mengguncang Saulus, baik secara fisik maupun spiritual. Keterkejutan dan mungkin ketakutan membuat ia kehilangan penglihatan. Ayat 9:9 secara spesifik menyatakan bahwa selama tiga hari Saulus berada dalam kegelapan total, tidak bisa melihat. Kebutaan fisik ini menjadi simbol dari kebutaan spiritual yang selama ini ia alami. Ia yang tadinya sangat 'melihat' hukum dan kebenaran menurut pemahamannya, kini harus berhadapan dengan kebenaran yang jauh lebih hakiki dan tak terduga.

Lebih dari sekadar kebutaan, ia juga tidak makan dan tidak minum. Ini menandakan kondisi jiwa yang begitu tertekan, bingung, dan mungkin sedang bergumul dengan kebenaran baru yang dihadapinya. Ia harus memproses sepenuhnya apa yang baru saja dialaminya. Tiga hari ini menjadi periode introspeksi yang mendalam, di mana ia melepaskan segala pemahaman lama yang keliru dan membuka diri pada ajaran Kristus yang sesungguhnya.

Titik Balik Menuju Rasul Paulus

Kisah ini bukanlah akhir dari perjalanan Saulus, melainkan awal dari babak baru yang luar biasa. Setelah tiga hari, seorang murid Yesus bernama Ananias diutus untuk menjumpai Saulus di rumah Yudas di Jalan Lurus. Ananias meletakkan tangan ke atas Saulus, dan seketika itu juga "seperti selaput gugur dari matanya," dan ia dapat melihat kembali. Namun, penglihatan yang kembali ini bukan lagi pandangan lama yang penuh prasangka dan kebencian, melainkan pandangan yang telah diterangi oleh Roh Kudus, pandangan yang melihat Yesus sebagai Mesias yang sesungguhnya.

Peristiwa di Jalan Damaskus ini menjadi titik balik paling dramatis dalam hidup Saulus. Ia bertobat, membuang seluruh identitas lamanya yang penuh dengan penganiayaan, dan sepenuhnya mengabdikan dirinya untuk memberitakan Injil Kristus. Saulus dari Tarsus, penganiaya gereja, kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus, salah satu rasul yang paling berpengaruh dan paling banyak menulis bagian-bagian penting dari Perjanjian Baru. Kisah ini mengajarkan kita bahwa bahkan dari latar belakang yang paling gelap sekalipun, transformasi ilahi dapat terjadi, membawa seseorang kepada terang kebenaran dan kehidupan yang baru.