Ayub 31:13

"Jika aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan, ketika mereka berselisih perkara denganku,"

Simbol keadilan dan perhatian

Ayat ini berasal dari Kitab Ayub, sebuah kitab yang menggali kedalaman penderitaan, iman, dan keadilan ilahi. Dalam konteks pasal 31, Ayub sedang menyatakan sumpahnya bahwa ia tidak bersalah atas berbagai kejahatan dan ketidakadilan. Ia menegaskan kembali integritasnya di hadapan Tuhan, menyajikan daftar panjang perbuatan baik dan kesetiaan moral yang telah ia jalani sepanjang hidupnya. Ayat Ayub 31:13 secara spesifik menyoroti sikap Ayub terhadap bawahannya, terutama ketika ada perselisihan. Ia menegaskan bahwa ia tidak pernah mengabaikan hak-hak budaknya, baik laki-laki maupun perempuan, saat mereka datang kepadanya untuk menyelesaikan suatu masalah.

Pernyataan ini sangat penting dalam memahami nilai keadilan dan belas kasih yang dijunjung tinggi dalam tradisi keagamaan. Di zaman kuno, konsep kepemilikan budak sering kali disertai dengan perlakuan yang tidak manusiawi. Namun, Ayub bersumpah bahwa ia selalu memberikan perhatian dan mendengarkan keluhan mereka. Ini menunjukkan bahwa di mata Ayub, setiap individu, terlepas dari status sosial atau kebebasannya, memiliki hak untuk didengarkan dan diperlakukan dengan adil. Keadilan bukan hanya berlaku untuk mereka yang memiliki kekuasaan atau kekayaan, tetapi juga bagi mereka yang dianggap rendah atau tidak berdaya.

Lebih jauh lagi, frasa "ketika mereka berselisih perkara denganku" menyiratkan bahwa Ayub tidak hanya bersikap baik secara pasif, tetapi ia secara aktif mau terlibat dalam penyelesaian konflik yang melibatkan budaknya. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang bertanggung jawab dan berempati. Ia tidak membiarkan masalah mereka terabaikan atau menunda-nunda penyelesaiannya. Dengan demikian, Ayub 31:13 menjadi pengingat akan pentingnya memperlakukan semua orang dengan hormat dan keadilan, terutama mereka yang berada dalam posisi yang lebih rentan. Ini mencerminkan pemahaman mendalam tentang moralitas yang melampaui norma-norma sosial pada masanya, dan menunjukkan standar etika yang tinggi yang dipegang teguh oleh Ayub.

Prinsip keadilan yang diungkapkan oleh Ayub ini memiliki relevansi abadi. Dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat, penting bagi kita untuk selalu memastikan bahwa hak-hak orang lain dihormati dan setiap perselisihan diselesaikan dengan cara yang adil dan penuh kasih. Ajaran ini mengingatkan kita bahwa menjadi saleh bukan hanya tentang ketaatan ritual, tetapi juga tentang bagaimana kita berinteraksi dengan sesama, terutama mereka yang mungkin tidak memiliki suara yang sama kuatnya. Keadilan ilahi tercermin dalam cara kita memperlakukan sesama, dan Ayub, melalui sumpahnya ini, menunjukkan komitmennya untuk hidup sesuai dengan prinsip tersebut.