Ayub 31:16 - Menjelajahi Kasih dan Kewajiban

"Apabila aku melarang orang miskin memperoleh keinginannya, atau membuat mata perempuan janda menjadi tawar, atau memakan habis bekal orang yang tak punya dengan sendirian, sedang anak yatim piatu turut memakannya, maka biarlah lengan dari bahuku patah dan dari lenganku remuk."
Kepedulian Sejati

Ayat Ayub 31:16 adalah bagian dari sebuah sumpah setia yang diucapkan oleh Ayub. Dalam upayanya untuk membuktikan kesucian dan integritasnya di hadapan Allah, Ayub merinci berbagai aspek kehidupannya, termasuk bagaimana ia memperlakukan sesama, terutama mereka yang rentan dan membutuhkan. Kalimat ini bukan sekadar ungkapan moral, melainkan sebuah pernyataan mendalam tentang kewajiban sosial dan kasih yang harus menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan yang saleh.

Ayub secara spesifik menyebutkan tiga kelompok yang seringkali menjadi korban ketidakadilan: orang miskin, perempuan janda, dan anak yatim piatu. Ia menegaskan bahwa ia tidak pernah menghalangi keinginan orang miskin untuk memperbaiki nasibnya. Ini menyiratkan bahwa Ayub tidak pernah menutup pintu kesempatan bagi mereka yang membutuhkan, apalagi dengan sengaja merampas hak mereka. Kesejahteraan orang yang kurang beruntung menjadi tolok ukur penting dalam cara Ayub memandang dirinya sendiri di hadapan Sang Pencipta.

Lebih lanjut, Ayub menyatakan bahwa ia tidak pernah membuat "mata perempuan janda menjadi tawar." Ungkapan ini kaya makna. "Membuat mata menjadi tawar" bisa diartikan sebagai membuat seseorang menjadi putus asa, kehilangan harapan, atau terluka. Ayub berkomitmen untuk tidak menambah beban penderitaan para janda, yang seringkali sudah hidup dalam kesulitan setelah kehilangan pelindung dan pencari nafkah mereka. Ia berusaha menjadi sumber dukungan, bukan sumber kesedihan.

Bagian terakhir dari ayat ini melukiskan gambaran yang sangat kuat tentang keegoisan yang tercela. Ayub menentang keras praktik "memakan habis bekal orang yang tak punya dengan sendirian." Ini adalah metafora untuk tindakan mengambil semua sumber daya yang seharusnya menjadi milik orang-orang yang paling rentan. Ia bahkan lebih jauh mengatakan, "sedang anak yatim piatu turut memakannya." Ini menunjukkan bahwa Ayub tidak hanya menghindari mengambil apa yang menjadi hak orang miskin, tetapi ia juga sangat peduli agar mereka tidak dieksploitasi oleh orang lain. Ia memastikan bahwa apa yang seharusnya menjadi jatah mereka tidak pernah lenyap begitu saja.

Kecaman Ayub terhadap dirinya sendiri, "maka biarlah lengan dari bahuku patah dan dari lenganku remuk," adalah ungkapan yang sangat dramatis. Lengan dan bahu melambangkan kekuatan, kemampuan, dan kapasitas untuk bertindak. Dengan mendoakan kehancuran lengan dan lengannya sendiri, Ayub menunjukkan keseriusan komitmennya. Ia menyatakan bahwa jika ia terbukti telah melakukan kejahatan tersebut, maka ia pantas kehilangan segala kekuatan dan kemampuannya. Ini adalah penegasan bahwa keadilan sosial dan kasih kepada sesama bukanlah pilihan, melainkan pondasi hidup yang tak terhindarkan. Pelanggaran terhadap prinsip ini adalah pelanggaran terhadap dirinya sendiri dan hubungannya dengan Tuhan.