"Ia tidak membiarkan orang fasik hidup lama, melainkan memberikan keadilan kepada orang-orang tertindas."
Ayat dari kitab Ayub ini, tepatnya pada pasal 36 ayat 6, menawarkan sebuah perspektif ilahi yang mendalam mengenai keadilan dan kebaikan Tuhan. Dalam kekacauan dunia yang seringkali terasa tidak adil, di mana kejahatan tampak merajalela dan orang-orang yang lemah seringkali terinjak-injak, firman ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memiliki kendali mutlak. Ia bukan sekadar pengamat pasif, melainkan penguasa yang aktif dalam menegakkan keadilan-Nya. Pernyataan bahwa "Ia tidak membiarkan orang fasik hidup lama" bukanlah janji bahwa setiap orang fasik akan langsung dihukum di dunia ini secara instan. Sebaliknya, ini menekankan kedaulatan Tuhan atas waktu dan takdir. Kejahatan, pada akhirnya, tidak akan mendapatkan tempatnya yang abadi. Tuhan memiliki rencana dan waktu-Nya sendiri untuk membawa pertanggungjawaban.
Lebih dari sekadar menahan kejahatan, fokus utama ayat ini adalah pada tindakan positif Tuhan untuk "memberikan keadilan kepada orang-orang tertindas." Ini adalah janji harapan bagi setiap individu yang mengalami penindasan, ketidakadilan, dan penderitaan. Tuhan melihat dan mendengar tangisan mereka. Ia berpihak pada mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk membela diri. Keadilan yang Ia berikan bukan hanya sekadar pembalasan atas ketidakadilan, tetapi juga pemulihan, penguatan, dan penegasan martabat mereka yang telah dirampas. Bayangkan seorang petani yang hasil panennya dirampas oleh penguasa zalim, atau seorang anak yang diperlakukan dengan kasar tanpa ada yang membelanya. Dalam situasi seperti itu, ayat ini adalah bisikan pengharapan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang memperhatikan, yang suatu saat akan memulihkan keadaan.
Implikasi dari ayat ini sangat luas. Bagi mereka yang sedang menderita ketidakadilan, ini adalah sumber penghiburan dan kekuatan untuk terus bertahan. Kehidupan yang dijalani dengan integritas dan iman, meskipun dilanda kesulitan, tidak akan sia-sia. Tuhan akan campur tangan pada waktu-Nya. Bagi mereka yang mungkin tergoda untuk melakukan kejahatan demi keuntungan, ayat ini adalah peringatan keras. Kesenangan sesaat yang didapat dari jalan yang salah akan selalu berakhir, dan pertanggungjawaban ilahi pasti akan datang. Ini mendorong kita untuk memilih jalan kebenaran dan kebaikan, sekecil apapun dampaknya di mata dunia.
Dalam konteks kehidupan modern yang serba cepat, penting untuk merenungkan pesan ini. Kita melihat berita tentang berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan setiap hari. Namun, firman Tuhan ini mengarahkan pandangan kita kepada sumber keadilan yang sejati. Kesempurnaan Tuhan dalam rencana-Nya berarti bahwa tidak ada kejahatan yang akan luput dari pandangan-Nya selamanya, dan setiap tangisan orang yang tertindas akan didengar. Keadilan ilahi mungkin datang dalam berbagai bentuk, tidak selalu seperti yang kita bayangkan, namun kepastian-Nya tidak dapat digoyahkan. Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan adalah Allah yang berkeadilan, dan keadilan-Nya akan terwujud demi kebaikan umat-Nya dan kemuliaan nama-Nya. Ini adalah panggilan untuk tetap teguh dalam iman, percaya pada janji-Nya, dan menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya, karena Ia sendiri yang menjadi pembela dan hakim yang adil.
Mari kita terus mengingat firman ini, terutama ketika menghadapi situasi yang menguji iman kita. Kepercayaan pada kesempurnaan dan keadilan Tuhan akan memberikan kita kekuatan untuk terus melangkah maju, yakin bahwa pada akhirnya, kebenaran akan menang.