Ayub 37:20

"Barangsiapa hendak berfirman, hendaklah ia mengatakan hal-hal yang betul, supaya hal-hal yang terselubung disingkapkan."

Simbol matahari terbit yang melambangkan pencerahan dan kebenaran

Memahami Ajaran Kebijaksanaan

Ayat Ayub 37:20 memberikan sebuah pedoman yang sangat mendasar namun mendalam tentang bagaimana kita seharusnya berkomunikasi, terutama ketika membahas hal-hal yang bersifat fundamental dan seringkali kompleks. Elihu, sang pembicara dalam pasal ini, menekankan pentingnya kebenaran dan kejelasan dalam setiap ucapan. Frasa "barangsiapa hendak berfirman" menunjukkan bahwa ini adalah sebuah ajakan universal, berlaku bagi siapa saja yang merasa terpanggil untuk menyampaikan sesuatu, baik itu nasihat, penjelasan, atau bahkan teguran.

Inti dari ayat ini terletak pada tujuan utamanya: "supaya hal-hal yang terselubung disingkapkan." Dalam konteks Ayub, ini merujuk pada upaya untuk memahami misteri penderitaan, keadilan ilahi, dan sifat Allah yang seringkali luput dari pemahaman manusia biasa. Namun, prinsip ini dapat diperluas ke berbagai aspek kehidupan. Komunikasi yang benar dan jujur adalah kunci untuk membuka tabir ketidakpahaman, prasangka, atau kebohongan yang dapat menyelimuti suatu situasi. Ketika kita berbicara dengan niat tulus untuk mengungkapkan kebenaran, kita membuka jalan bagi orang lain untuk melihat sesuatu sebagaimana adanya, tanpa keraguan atau kebingungan.

Kebenaran sebagai Sumber Pencerahan

Elihu, dalam keseluruhan argumennya, berusaha menunjukkan bahwa Allah adalah sumber segala hikmat dan kebenaran. Dia menggunakan keagungan alam semesta dan fenomena cuaca sebagai analogi untuk menggambarkan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah yang tak terbatas. Dalam konteks ini, perkataan yang benar bukanlah sekadar ucapan tanpa cela secara teknis, melainkan ucapan yang selaras dengan kebenaran ilahi. Kebenaran yang disampaikan dengan cara yang tepat akan memiliki kekuatan untuk mencerahkan, menerangi kegelapan ketidaktahuan, dan memberikan pemahaman yang lebih dalam.

Seringkali, kita mendapati diri kita berhadapan dengan situasi yang rumit atau pertanyaan yang sulit dijawab. Dalam momen-momen seperti itu, godaan untuk menyederhanakan, berbohong, atau bahkan menghindari pembicaraan bisa sangat kuat. Namun, Ayub 37:20 mengingatkan kita bahwa solusi terbaik bukanlah melalui penipuan diri sendiri atau orang lain. Sebaliknya, dengan keberanian untuk berbicara kebenaran, meskipun mungkin terasa sulit, kita membuka pintu bagi pencerahan sejati. Pencerahan ini tidak hanya bermanfaat bagi pendengar, tetapi juga bagi diri kita sendiri sebagai pembicara, karena proses menyampaikan kebenaran seringkali memperkuat pemahaman kita sendiri.

Mengutamakan Kejelasan dan Kejujuran

Menyampaikan kebenaran tidak selalu berarti harus kasar atau menghakimi. Ayat ini menyiratkan bahwa cara penyampaian juga penting. Penggunaan kata-kata yang tepat, penjelasan yang logis, dan sikap yang tulus akan sangat membantu dalam 'menyingkapkan' hal-hal yang terselubung. Ketika kita berkomunikasi dengan fokus pada kebenaran dan kejelasan, kita menciptakan lingkungan di mana pemahaman dapat tumbuh subur. Ini adalah undangan untuk mengasah kemampuan komunikasi kita, agar setiap perkataan yang keluar dari bibir kita dapat menjadi alat yang ampuh untuk membawa terang dan pengertian di dunia yang terkadang terasa penuh misteri.

Di era informasi yang begitu melimpah ini, kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kepalsuan menjadi semakin krusial. Ayub 37:20 mengajarkan kita bahwa dalam segala bentuk percakapan, baik dalam skala pribadi maupun publik, prinsip kebenaran dan kejujuran harus menjadi landasan utama. Dengan demikian, kita tidak hanya memenuhi tuntutan moral, tetapi juga secara aktif berkontribusi pada terungkapnya kebenaran yang dapat membebaskan dan mencerahkan.