Ayat Ayub 37:23, yang berbunyi "Dialah yang melakukan perkara besar, yang tak terselami, dan keajaiban yang tak terbilang banyaknya," merupakan salah satu permata hikmat dalam Kitab Ayub. Pernyataan ini diucapkan oleh Elihu, seorang teman Ayub, dalam upayanya untuk menjelaskan kepada Ayub tentang kebesaran dan kemahatahuan Allah, terutama di tengah penderitaan Ayub yang begitu dalam. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan betapa luasnya kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta, yang karya-karya-Nya melampaui pemahaman manusia.
Kita seringkali mencoba memahami segala sesuatu dengan akal budi kita. Namun, dalam menghadapi kebesaran alam semesta, kompleksitas kehidupan, atau misteri tak terduga yang terjadi dalam hidup kita, kesadaran akan keterbatasan diri menjadi sebuah keniscayaan. Perkara besar yang dimaksud di sini tidak hanya merujuk pada fenomena alam yang menakjubkan seperti badai, guntur, dan kilat yang dijelaskan Elihu sebelumnya dalam pasal tersebut, tetapi juga pada seluruh desain penciptaan yang begitu rumit dan harmonis. Setiap detil, sekecil apa pun, menunjukkan sebuah rencana yang luar biasa.
Keajaiban yang tak terbilang banyaknya adalah bukti nyata dari kekuatan dan kreativitas ilahi. Dari galaksi yang membentang luas di angkasa, hingga struktur DNA yang rumit di dalam sel terkecil, semuanya berbicara tentang kebijaksanaan yang tak terbatas. Bahkan dalam keheningan malam atau dalam hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat jejak karya-Nya. Kemampuan kita untuk bernapas, berpikir, merasakan, dan mencintai, semuanya adalah keajaiban yang seringkali kita anggap remeh.
Ayub, dalam pergumulannya, telah bergulat dengan pertanyaan mengapa penderitaan menimpanya, bahkan ketika ia merasa telah hidup benar. Elihu mengingatkan Ayub bahwa pemahaman manusia sangat terbatas. Kita tidak mampu sepenuhnya mengerti "mengapa" dan "bagaimana" Allah bekerja. Namun, justru dalam keterbatasan pemahaman inilah kita diajak untuk menaruh kepercayaan. Jika Allah mampu menciptakan dan mengatur segala sesuatu dengan cara yang tak terselami oleh kita, maka Ia juga mampu mengatur hidup kita dengan cara yang terbaik, meskipun saat ini kita tidak melihat jalannya.
Merengkuh kebenaran Ayub 37:23 berarti melepaskan diri dari keharusan untuk selalu memiliki jawaban atas segala sesuatu. Ini adalah undangan untuk hidup dalam kekaguman dan rasa hormat kepada Allah yang Mahakuasa. Ketika kita menyadari betapa besar dan bijaksana-Nya, kita dapat menemukan kedamaian dalam ketidakpastian. Kita tahu bahwa ada tangan yang lebih besar yang memegang kendali, merancang perkara-perkara besar dan keajaiban-keajaiban yang tak terhitung jumlahnya, yang pada akhirnya, akan membawa kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya. Hikmat ilahi ini adalah jangkar bagi jiwa kita di tengah badai kehidupan.