"Siapakah yang telah memerdekakan keledai hutan? Siapakah yang telah melonggarkan tali-tali pengikatnya?"
Kitab Ayub merupakan salah satu kitab kebijaksanaan dalam Alkitab, yang secara mendalam membahas tentang penderitaan orang benar dan kedaulatan Allah. Dalam fasal 39, Allah berfirman kepada Ayub, menantangnya untuk mengakui keterbatasan pengetahuannya tentang karya ciptaan-Nya. Pertanyaan retoris yang diajukan, "Siapakah yang telah memerdekakan keledai hutan? Siapakah yang telah melonggarkan tali-tali pengikatnya?", bukanlah sekadar pertanyaan biasa, melainkan sebuah pengingat akan kuasa dan kebebasan yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta.
Keledai hutan, atau sering juga diidentikkan dengan onager, adalah simbol dari kebebasan, kemandirian, dan ketidakjinakan. Hewan ini hidup di padang gurun yang keras, tempat yang menuntut ketahanan dan adaptasi luar biasa. Allah menyoroti bahwa pembebasan keledai hutan dari belenggu atau pembatasan bukanlah hasil dari kekuatan manusia, melainkan sebuah tindakan ilahi. Ini menegaskan bahwa alam semesta dan segala isinya tunduk pada kehendak dan kuasa Allah.
Melalui penggambaran keledai hutan, Allah mengajarkan kepada Ayub (dan kepada kita) bahwa ada banyak hal di luar jangkauan pemahaman dan kendali manusia. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mendorong kita untuk merenungkan ketidakmampuan kita untuk sepenuhnya memahami cara kerja alam, apalagi mengendalikannya. Kebebasan yang dimiliki keledai hutan adalah anugerah dari Sang Pencipta, yang mengatur dan memberi kehidupan sesuai dengan tujuan-Nya yang mahatahu.
Dalam konteks penderitaan Ayub, ayat ini berfungsi untuk mengalihkan fokusnya dari keluhannya sendiri kepada kebesaran Allah. Ketika kita menghadapi kesulitan, mudah sekali untuk terjebak dalam pertanyaan "mengapa saya?" dan merasa bahwa dunia tidak adil. Namun, Firman Allah dalam Ayub 39:5 mengingatkan kita untuk melihat gambaran yang lebih besar. Allah adalah Pencipta segala sesuatu, termasuk makhluk yang paling liar sekalipun. Kebebasan dan keberlangsungan hidup mereka berada dalam tangan-Nya. Ini seharusnya memberikan penghiburan dan ketenangan, bahwa meskipun kita tidak memahami segala sesuatu, kita berada di bawah perlindungan dan kendali Tuhan yang mahakuasa dan mahatahu.
Keagungan Sang Pencipta terpancar dalam setiap detail ciptaan-Nya, dari bintang-bintang di langit hingga hewan-hewan di padang gurun. Memahami bahwa Allah adalah pengendali atas segala hal, termasuk kebebasan makhluk-Nya, membantu kita untuk menyerahkan kekhawatiran kita dan mempercayai rencana-Nya yang sempurna. Sebagaimana keledai hutan menikmati kebebasan di alam liar karena kuasa Allah, demikian pula kita dapat menemukan kedamaian sejati dengan mempercayakan hidup kita kepada-Nya, sang Pencipta yang memegang kendali atas segalanya.