"Dan TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, katanya: 'Jauhilah kamu dari tengah-tengah perhimpunan ini, supaya Aku memusnahkan mereka dalam sekejap mata.'"
Simbol Bilangan 16 dan 28
Kitab Bilangan, pasal 16, membawa kita pada sebuah narasi yang kelam namun sarat pelajaran tentang pentingnya kepatuhan dan otoritas ilahi. Kisah ini berpusat pada pemberontakan Korah, Datan, Abiram, dan On, serta dua ratus lima puluh orang pemimpin jemaat. Mereka memberontak melawan Musa dan Harun, mempertanyakan kepemimpinan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Pemberontakan ini bukan sekadar perselisihan biasa. Ini adalah tantangan langsung terhadap tatanan ilahi yang telah diatur oleh Tuhan sendiri. Musa, yang dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dan Harun, yang diangkat sebagai imam besar, menjalankan tugas mereka atas dasar mandat ilahi. Namun, Korah dan para pengikutnya merasa bahwa mereka juga berhak atas posisi tersebut, mengabaikan peran dan tanggung jawab yang telah ditetapkan.
Reaksi Tuhan terhadap pemberontakan ini sangat tegas. Bumi terbuka dan menelan Korah, Datan, Abiram, serta rumah tangga mereka. Api dari hadirat Tuhan juga membinasakan dua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan kemenyan. Peristiwa ini menjadi pengingat yang mengerikan tentang kekudusan Tuhan dan keseriusan dalam menentang kehendak-Nya. Tuhan menghendaki umat-Nya untuk hidup dalam keteraturan dan menghormati otoritas yang telah Dia tetapkan.
Berbeda dengan nada peringatan dalam pasal 16, Bilangan pasal 28 membawa kita pada perincian perintah-perintah Tuhan mengenai korban bakaran dan persembahan lainnya. Pasal ini menegaskan kembali pentingnya ritual keagamaan sebagai cara bagi umat Israel untuk memelihara hubungan yang benar dengan Tuhan dan untuk mengakui kedaulatan-Nya.
Tuhan memberikan instruksi yang sangat spesifik mengenai jenis hewan yang harus dikorbankan, jumlahnya, serta waktu pelaksanaannya. Mulai dari korban bakaran harian, korban bakaran pada hari Sabat, korban bakaran pada bulan baru, hingga persembahan pada hari-hari raya besar seperti Paskah dan Hari Raya Panen. Setiap persembahan memiliki maknanya sendiri, melambangkan penyerahan diri, pengucapan syukur, dan permintaan pengampunan.
Melalui perintah-perintah ini, Tuhan tidak hanya menuntut ibadah, tetapi juga mengajarkan disiplin rohani. Persembahan yang tulus, yang dilakukan sesuai dengan petunjuk-Nya, adalah ekspresi hati yang rendah hati dan taat. Pasal ini menunjukkan betapa Tuhan peduli pada detail dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya, dan bagaimana ketaatan dalam hal-hal kecil dapat memperkuat iman dan kesetiaan.
Meskipun sekilas tampak berbeda, kedua pasal ini saling melengkapi dalam menyampaikan pesan ilahi. Bilangan 16 mengingatkan akan bahaya kesombongan, ketidakpuasan, dan penolakan terhadap otoritas ilahi. Sementara itu, Bilangan 28 menekankan pentingnya ketaatan yang tulus dalam beribadah dan mempersembahkan diri kepada Tuhan.
Kisah pemberontakan Korah menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak pernah menganggap remeh tatanan yang Tuhan berikan. Sementara itu, perintah mengenai korban bakaran mengajarkan kita untuk mendekati Tuhan dengan hati yang penuh hormat, kerendahan hati, dan ketaatan yang konsisten. Keduanya adalah pilar penting dalam menjaga hubungan yang sehat dan diberkati dengan Sang Pencipta.