Hakim 6:39

Dan Gideon berkata kepada Allah: "Janganlah kiranya murkam-Mu bangkit terhadap aku, jika aku berkata sekali lagi. -- Cobalah sekali ini saja dengan guguran bulu domba ini: biarlah guguran itu mengandung embun, sedang seluruh tanah kering; maka aku akan mengetahui, bahwa Engkau akan menyelamatkan Israel dengan perantaraan tanganku, seperti yang telah Kaufirmankan."

Ujian Iman Gideon

Kisah Gideon dalam Kitab Hakim-hakim merupakan salah satu narasi yang paling menonjol tentang bagaimana keraguan dapat bertemu dengan kesabaran dan kepastian ilahi. Pada titik krusial ini, Gideon, yang dipilih Allah untuk membebaskan Israel dari penindasan Midian, merasa perlu untuk menguji kehendak Tuhan sekali lagi. Ia telah menerima tanda awal berupa api yang menjilat persembahan, namun kekhawatiran dan rasa tidak aman yang mendalam masih menghantuinya. Permohonan kepada Allah ini bukan sekadar tanda ketidakpercayaan, tetapi lebih kepada kebutuhan mendalam akan konfirmasi yang mutlak sebelum mengambil langkah besar yang mengancam jiwa.

Permintaan Gideon sangat spesifik. Ia meminta agar guguran bulu domba yang diletakkannya di tempat pengirikan menjadi basah oleh embun, sementara seluruh tanah di sekitarnya tetap kering. Ini adalah sebuah kontras yang mencolok, sebuah fenomena yang tidak alami dan karenanya, pasti berasal dari campur tangan ilahi. Harapan Gideon adalah untuk melihat sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak dapat dijelaskan oleh kebetulan atau logika alam semesta. Jika hal ini terjadi, ia akan memiliki keyakinan penuh bahwa Allah akan menggunakan dirinya untuk menyelamatkan bangsanya.

Kasih Allah yang Melampaui Keraguan

Dan Allah menjawabnya. Malam itu, seperti yang diminta Gideon, embun membasahi guguran bulu domba itu, namun tidak setetes pun membasahi tanah di sekelilingnya. Ini adalah bukti yang luar biasa, sebuah tanda yang ditunggu-tunggu. Namun, seperti yang sering terjadi pada hati manusia yang diliputi keraguan, bahkan setelah menerima bukti yang jelas, masih ada celah untuk kekhawatiran. Gideon, dalam kerentanan manusiawinya, meminta satu kali lagi. Kali ini, ia meminta agar guguran bulu domba itu tetap kering, sementara seluruh tanah di sekitarnya basah oleh embun.

Lagi-lagi, Allah berbelas kasih. Malam berikutnya, guguran bulu domba itu tetap kering, sementara seluruh tanah dipenuhi embun. Dua tanda yang jelas, dua kali Allah menunjukkan kesabaran dan kasih-Nya terhadap ketidakpastian Gideon. Ayat Hakim-hakim 6:39 ini menyoroti kesabaran Allah yang tak terbatas. Dia tidak murka ketika Gideon meminta untuk kedua kalinya, tetapi terus memberikan kepastian yang dibutuhkan Gideon untuk menjalankan tugas yang sangat berat di hadapannya. Ini adalah pelajaran penting bagi kita semua: bahwa bahkan dalam keraguan kita, kasih Allah sering kali bersedia untuk memberikan tanda-tanda yang menenangkan hati kita, membimbing kita melalui ketidakpastian hidup.

Pelajaran untuk Masa Kini

Kisah Gideon mengingatkan kita bahwa keraguan adalah bagian dari pengalaman manusia. Namun, Alkitab juga mengajarkan bahwa dalam keraguan, kita dapat mencari kepastian melalui doa, perenungan Firman Tuhan, dan kadang-kadang, melalui tanda-tanda yang Dia berikan dalam hidup kita. Hakim-hakim 6:39 bukan hanya tentang kisah kuno, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat mendekati Allah dengan pertanyaan kita, dengan rasa takut kita, dan percaya bahwa Dia akan menjawab. Kepercayaan pada tanda-tanda Allah, seperti yang dilakukan Gideon, membuka jalan bagi keberanian dan tindakan yang beriman, memampukan kita untuk menghadapi tantangan yang mungkin tampak mustahil tanpa pertolongan-Nya.