Hagai 2:13

"Dan berkatalah Hagai: "Jikalau seorang najis oleh karena mayat, dan ia menyentuh salah satu dari yang ini, bukankah yang disentuhnya itu menjadi najis pula?" Maka jawab para imam: "Ya, ia menjadi najis."

Makna Kesucian dan Kenajisan dalam Perspektif Ilahi

Ayat Hagai 2:13 ini mungkin terlihat sederhana, namun menyimpan makna teologis yang mendalam mengenai konsep kesucian dan kenajisan dalam pandangan Tuhan. Dalam konteks perjanjian lama, kenajisan seringkali diasosiasikan dengan kematian, darah, dan hal-hal yang dianggap tidak murni menurut hukum Taurat. Penting untuk dipahami bahwa kenajisan di sini bukan berarti dosa secara inheren, melainkan sebuah kondisi yang memisahkan seseorang atau sesuatu dari hadirat Tuhan dan dari partisipasi dalam ibadah yang kudus.

Pertanyaan retoris yang diajukan oleh Nabi Hagai kepada para imam bertujuan untuk menegaskan sebuah prinsip fundamental: bahwa kenajisan memiliki sifat yang menular. Jika seseorang yang sudah dalam keadaan najis karena menyentuh sesuatu yang terkait dengan kematian, maka apa pun yang ia sentuh akan ikut menjadi najis. Ini adalah ilustrasi bagaimana ketidakmurnian dapat menyebar dan memengaruhi sekelilingnya.

Kesucian Ilahi

Ilustrasi simbolis kesucian dan pemurnian.

Implikasi Teologis dan Penerapannya

Para imam, sebagai otoritas dalam hukum keagamaan, menegaskan kebenaran pernyataan Hagai. Jawaban mereka yang tegas, "Ya, ia menjadi najis," menunjukkan pemahaman mereka tentang konsekuensi dari ketidakmurnian. Dalam konteks spiritual, hal ini bisa diartikan bahwa dosa dan pemberontakan dapat mencemari lingkungan spiritual seseorang, mempengaruhi keluarga, komunitas, bahkan karya yang sedang mereka lakukan.

Namun, pesan Hagai tidak berhenti pada pengakuan kenajisan. Dalam keseluruhan kitab Hagai, nabi ini diutus Tuhan untuk membangkitkan kembali semangat umat Israel yang patah hati setelah kembali dari pembuangan di Babel. Umat ini cenderung fokus pada rumah-rumah mereka sendiri yang megah, sementara Bait Suci Tuhan masih dalam keadaan hancur. Melalui perkataan Hagai, Tuhan mengingatkan mereka tentang prioritas dan konsekuensi dari tindakan mereka.

Pesan Hagai 2:13 ini menjadi penting untuk direnungkan, terutama ketika kita melihatnya dalam terang perjanjian baru. Sementara hukum lama menetapkan batasan-batasan yang ketat tentang kesucian fisik, Yesus Kristus mengajarkan tentang kesucian batiniah. Ia menyatakan bahwa apa yang keluar dari hati manusia yang menajiskannya (Markus 7:20-23). Namun, di sisi lain, melalui pengorbanan Kristus, umat percaya justru dibersihkan dari segala kenajisan dan dijadikan kudus di hadapan Tuhan.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa Tuhan sangat peduli terhadap kesucian. Ia ingin umat-Nya hidup dalam kesucian, bukan hanya dalam ritual, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan. Pernyataan tentang kenajisan yang menular mengingatkan kita akan pentingnya menjaga diri dari pengaruh buruk dan bergaul dengan orang-orang yang mendorong kita kepada kebaikan dan kekudusan. Pada saat yang sama, janji Tuhan melalui nabi-nabi-Nya adalah untuk membersihkan dan memulihkan. Kitalah yang harus merespons dengan hati yang mau belajar dan taat.