Hakim 10:18

"Dan bertanyalah rakyat kepada TUHAN: 'Siapakah yang harus maju untuk memerangi bani Amon? Sekiranya Engkau menolong kami, maka TUHAN menjawab: Yaftah orang Gileadlah yang akan memimpin kamu."
Yaftah Gilead

Kisah yang tercatat dalam Kitab Hakim-hakim, khususnya pasal 10 ayat 18, menyajikan momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Ayat ini menggambarkan situasi genting di mana bangsa tersebut menghadapi ancaman dari bani Amon. Dalam keputusasaan dan keterbatasan mereka, bangsa Israel tidak berpaling pada kekuatan manusiawi semata, melainkan secara kolektif bertanya kepada Tuhan, mencari petunjuk dan pemimpin yang diutus-Nya. Pertanyaan ini bukan sekadar permintaan bantuan, melainkan sebuah pengakuan akan kedaulatan Tuhan dan ketergantungan mereka pada bimbingan ilahi.

Respon Tuhan yang diberikan melalui Firman-Nya, seperti yang tertulis dalam ayat tersebut, adalah menunjuk Yaftah, seorang tokoh dari Gilead, sebagai pemimpin mereka. Penunjukan Yaftah ini sendiri memiliki latar belakang yang menarik. Ia adalah seorang pejuang yang tangguh namun juga seorang buangan karena asal-usulnya yang tidak biasa. Namun, dalam pandangan Tuhan, kelemahan dan latar belakang seseorang tidak menjadi penghalang untuk menjalankan rencana-Nya. Sebaliknya, Tuhan sering kali memilih individu yang tampaknya tidak ideal untuk menunjukkan kuasa-Nya yang luar biasa.

Kisah Yaftah dan bani Amon memberikan pelajaran berharga mengenai kepercayaan kepada Tuhan dan peran kepemimpinan yang diutus-Nya. Ketika rakyat Israel dihadapkan pada musuh yang kuat, respons pertama mereka adalah mencari campur tangan Tuhan. Ini menunjukkan pemahaman mereka, meskipun terkadang tergeser, bahwa kekuatan sejati dan kemenangan datang dari sumber ilahi. Kemudian, Tuhan menjawab dengan menunjuk seorang pemimpin yang mungkin tidak mereka duga, namun memiliki keberanian dan kemampuan yang diperlukan.

Lebih dari sekadar narasi sejarah, ayat ini menyoroti prinsip penting tentang bagaimana Tuhan bekerja dalam kehidupan umat-Nya. Ia tidak hanya memberikan kemenangan, tetapi juga menyediakan pemimpin yang mampu memimpin mereka melalui kesulitan. Peran seorang hakim dalam konteks Kitab Hakim-hakim adalah sebagai penyelamat dan pemimpin yang diutus Tuhan untuk membebaskan Israel dari penindasan. Yaftah, dengan segala latar belakangnya, membuktikan dirinya sebagai pilihan yang tepat, memimpin bangsa Israel meraih kemenangan atas bani Amon.

Ayat Hakim 10:18 ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya mencari tuntunan Tuhan di saat-saat sulit dan bagaimana Ia sering kali menggunakan individu-individu yang memiliki potensi luar biasa, terlepas dari pandangan duniawi. Ini adalah pengingat bahwa di tengah kerumitan tantangan hidup, jawaban dan solusi dapat datang melalui cara-cara yang tak terduga, asalkan hati kita tertuju pada Sang Pencipta dan kita bersedia taat pada pimpinan-Nya. Keberanian dan keteguhan hati Yaftah, yang dimampukan oleh Tuhan, menjadi inspirasi bagi setiap generasi untuk menghadapi tantangan dengan iman.