"Ia memerintah tiga puluh dua tahun lamanya dan mempunyai dua puluh tiga kota di wilayah Gilead. Semuanya itu adalah kepunyaan keturunan Manasye, anak Yusuf, dan ialah yang dinamai orang Manasye."
Kutipan dari Kitab Hakim-Hakim pasal 10 ayat 2 ini memperkenalkan kita pada seorang tokoh penting dalam sejarah Israel, yaitu Yair. Ayat ini memberikan ringkasan singkat namun padat mengenai masa kepemimpinannya dan cakupan wilayah kekuasaannya. Yair memerintah selama 32 tahun, sebuah periode yang cukup panjang, menunjukkan stabilitas dan mungkin penerimaan yang luas dari rakyat yang ia pimpin. Masa jabatan yang lama ini juga menyiratkan pengalaman dan kedalaman pengetahuan dalam mengelola urusan pemerintahan dan masyarakat.
Lebih lanjut, ayat tersebut secara spesifik menyebutkan bahwa Yair memiliki "dua puluh tiga kota di wilayah Gilead". Gilead sendiri merupakan wilayah di sebelah timur Sungai Yordan yang kaya akan sumber daya dan memiliki peran strategis. Kepemilikan atas 23 kota menunjukkan bahwa pengaruh Yair sangat signifikan di wilayah tersebut. Ini bukan sekadar kepemimpinan atas perkampungan kecil, melainkan atas pusat-pusat populasi dan kemungkinan pusat ekonomi serta militer. Luasnya wilayah yang dikuasai ini menandakan kemampuan Yair dalam mengorganisir, mempertahankan, dan bahkan mengembangkan daerah-daerah tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa semua kota ini adalah "kepunyaan keturunan Manasye, anak Yusuf". Hal ini menegaskan silsilah Yair dan bagaimana ia terkait dengan suku Manasye, salah satu dari dua suku Israel yang menetap di wilayah timur Yordan. Nama "Manasye" yang melekat pada wilayah dan keturunannya juga menjadi penanda identitas dan warisan mereka. Frasa "ialah yang dinamai orang Manasye" bisa diartikan sebagai pengakuan atas kepemimpinan Yair yang kuat, sehingga wilayah tersebut secara umum dikenal di bawah naungan namanya atau nama leluhurnya, Manasye.
Dalam konteks Kitab Hakim-hakim, masa kepemimpinan Yair muncul setelah periode pemberontakan dan penindasan yang dialami Israel. Keberadaannya sebagai seorang hakim yang memerintah dalam kurun waktu yang lama dan dengan wilayah yang luas, memberikan gambaran tentang periode relatif damai dan terorganisir. Kisah Yair, meskipun singkat di ayat ini, menyoroti pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan kuat dalam menjaga stabilitas dan kesejahteraan umat. Ayat ini menjadi pengingat bahwa sejarah sering kali dicatat melalui jejak para pemimpin yang berhasil mengelola wilayah dan umat di bawah tanggung jawab mereka, serta bagaimana identitas kolektif terus dijaga melalui warisan leluhur. Penggambaran 23 kota di Gilead oleh Yair juga menggarisbawahi betapa kompleksnya lanskap politik dan geografis pada masa hakim-hakim.