Hakim Hakim 11:19

"Kemudian orang Israel berkata kepada Yefta: "Biarlah TUHAN menjadi saksi di antara kami, sungguh, jika kami tidak berbuat demikian, kiranya TUHAN menghukum kami!" Maka Yefta berbicara kepada orang-orang Amon, dan TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yefta."

Keadilan Tuhan yang Abadi

Ayat ini dari Kitab Hakim-hakim, pasal 11, ayat 19, menyajikan sebuah momen krusial dalam sejarah Israel, di mana kedaulatan dan keadilan Tuhan diperlihatkan dengan jelas. Yefta, seorang pemimpin yang lahir dari keadaan yang tidak biasa, dipanggil untuk membela umat Israel melawan serangan bangsa Amon. Dalam upayanya untuk mendapatkan dukungan penuh dan keyakinan atas keberhasilan yang akan datang, Yefta dan para tua-tua Israel mengikat perjanjian dengan Tuhan. Pernyataan mereka, "Biarlah TUHAN menjadi saksi di antara kami, sungguh, jika kami tidak berbuat demikian, kiranya TUHAN menghukum kami!" menunjukkan kesungguhan dan kepercayaan penuh mereka pada kekuatan ilahi.

Frasa kunci di sini, Hakim Hakim 11 19, merujuk pada janji yang diucapkan dan respons ilahi yang mengikutinya. Yefta, yang sebelumnya mungkin dipandang sebelah mata karena latar belakangnya, kini menjadi alat Tuhan untuk memberikan kemenangan. Perjanjian ini bukanlah sekadar formalitas, melainkan pengakuan atas otoritas Tuhan sebagai penguasa tertinggi atas nasib bangsa Israel. Mereka tidak mengandalkan kekuatan militer mereka semata, tetapi secara eksplisit memohon campur tangan Tuhan, bersedia menanggung konsekuensi jika mereka tidak menepati janji.

"TUHAN Menyerahkan Mereka"

Implikasi Janji dan Keadilan

Bagian kedua dari ayat ini, "Maka Yefta berbicara kepada orang-orang Amon, dan TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yefta," adalah bukti nyata dari kekuasaan Tuhan. Janji yang diucapkan oleh Yefta dan orang Israel dikabulkan, dan kemenangan diraih bukan karena kehebatan Yefta sendiri, tetapi karena Tuhan bekerja melalui dia. Ini menegaskan bahwa ketika umat-Nya berserah dan mengandalkan-Nya, Tuhan akan bertindak demi membela mereka. Keadilan Tuhan tidak hanya berlaku pada hukuman, tetapi juga pada pemberian keselamatan dan kemenangan bagi mereka yang benar di mata-Nya.

Kisah Hakim Hakim 11 19 memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kesungguhan dalam berdoa dan berjanji kepada Tuhan. Ini bukan berarti Tuhan dapat diatur atau diperintah, melainkan bahwa Dia mendengarkan dan merespons hati yang tulus dan iman yang teguh. Keadilan Tuhan adalah adil dan mutlak. Dia menghukum kejahatan dan memberkati kesetiaan. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Tuhan, sejauh mana kita berserah dan percaya pada janji-Nya, serta sejauh mana kita hidup dalam keselarasan dengan kehendak-Nya. Keadilan Tuhan yang abadi selalu ada untuk membimbing dan melindungi umat-Nya.

Kisah Yefta dan para tua-tua Israel menjadi pengingat bahwa kepercayaan kepada Tuhan adalah fondasi yang kuat. Di tengah tekanan dan ancaman, mereka memilih untuk melibatkan Tuhan secara langsung dalam urusan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap tantangan, baik pribadi maupun komunal, kita dipanggil untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan duniawi, tetapi juga untuk berserah kepada tuntunan dan kuasa ilahi. Kebenaran dan keadilan Tuhan akan selalu ditegakkan, dan bagi mereka yang mencari-Nya dengan tulus, Dia akan menjadi sumber kemenangan dan keselamatan yang tak tergoyahkan.