Memahami Janji di Tengah Ketakutan
Ayat Hakim-hakim 13:22 membawa kita pada momen krusial dalam narasi Alkitab, tepatnya menjelang kelahiran seorang tokoh besar bernama Simson. Dalam konteks ini, orang tua Simson, Manoah dan isterinya, baru saja mengalami pengalaman supernatural yang luar biasa: perjumpaan dengan malaikat TUHAN yang memberitakan tentang kelahiran anak istimewa yang akan menjadi pembebas bagi bangsa Israel dari penindasan Filistin. Pengalaman ini begitu mengejutkan dan penuh misteri, hingga timbul keraguan dan ketakutan di hati Manoah.
Ketakutan Manoah muncul dari pemahaman bahwa siapa pun yang melihat malaikat TUHAN secara langsung, biasanya akan mati. Ia menyatakan kegelisahannya kepada isterinya, khawatir bahwa mereka akan binasa karena telah melihat "malaikat TUHAN." Namun, jawaban isterinya dalam ayat ini menawarkan perspektif yang sangat berbeda dan penuh pengharapan. Ia dengan cerdas menafsirkan tanda-tanda yang telah diberikan, membedakan antara kemunculan ilahi yang mengancam dan yang membawa janji.
Sang istri, dengan ketajaman hati dan iman yang teguh, membandingkan pengalaman mereka dengan cara Tuhan bertindak di masa lalu. Ia mengingatkan bahwa jika Tuhan memang berkehendak untuk memusnahkan mereka, tentu Dia tidak akan menerima persembahan yang telah mereka naikkan. Tindakan Tuhan menerima persembahan bakaran dan korban, serta memperlihatkan tanda-tanda dan menyampaikan firman-Nya, menjadi bukti kuat bahwa kehadiran-Nya bukanlah untuk menghakimi dan membinasakan, melainkan untuk memberkati dan memberikan arahan.
Tanda-tanda Kebaikan Ilahi
Perkataan ibu Simson ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana kita dapat mengenali karya Tuhan dalam hidup kita. Seringkali, ketika kita menghadapi situasi yang tidak pasti atau menakutkan, naluri pertama kita adalah merasa terancam atau ditinggalkan. Namun, ayat ini mengajarkan kita untuk melihat lebih dalam, mengamati "tanda-tanda" yang diberikan. Apakah Tuhan masih berbicara kepada kita melalui Firman-Nya? Apakah ada kedamaian atau keyakinan yang diberikan di tengah badai? Apakah ada berkat-berkat yang terus mengalir meskipun kita merasa lemah?
Penerimaan persembahan bakaran dan korban oleh Tuhan adalah metafora yang kuat. Dalam tradisi Israel kuno, persembahan adalah cara umat berkomunikasi dengan Tuhan, memohon pengampunan, atau mengungkapkan syukur. Jika persembahan itu diterima, itu berarti Tuhan berkenan, mendengar, dan berinteraksi. Demikian pula dalam kehidupan kita, tanda-tanda seperti hati yang tergerak untuk berdoa, pembacaan Firman yang membawa pencerahan, atau rasa damai sejahtera yang melingkupi, bisa jadi adalah "penerimaan persembahan" ilahi, yang menunjukkan bahwa Tuhan hadir dan bekerja.
Menyongsong Masa Depan dengan Iman
Kekhawatiran Manoah adalah respons manusiawi yang wajar ketika berhadapan dengan yang ilahi. Namun, hikmah yang ditawarkan oleh isterinya membantunya untuk bangkit dari ketakutan dan melihat gambaran yang lebih besar. Pengalaman ini mempersiapkan mereka untuk peran penting yang akan mereka jalani dalam membesarkan seorang hakim dan pembebas bagi Israel. Mereka belajar untuk tidak hanya mendengar Firman Tuhan, tetapi juga menafsirkannya dengan benar, mengandalkan kasih karunia dan janji-Nya.
Ayat Hakim-hakim 13:22 mengingatkan kita bahwa Tuhan seringkali menyatakan diri-Nya bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membangun dan memulihkan. Walaupun kadang-kadang kehadiran-Nya terasa menakutkan karena keagungan-Nya, namun inti dari tindakan-Nya adalah kebaikan dan penyelamatan. Maka, ketika kita merasa ragu atau takut, marilah kita mengamati tanda-tanda kehadiran dan kebaikan-Nya, serta memelihara iman kita seperti yang ditunjukkan oleh ibu Simson, dengan keyakinan bahwa Dia yang memulai pekerjaan baik dalam hidup kita, pasti akan menyelesaikannya.