Kitab Hakim-Hakim merupakan salah satu bagian penting dalam Perjanjian Lama yang mencatat periode pergolakan dan kepemimpinan di Israel setelah kematian Yosua. Pasal 14 hingga 17 dari kitab ini membawa kita pada kisah dramatis dan seringkali tragis dari hakim terbesar dan terkuat, yaitu Simson. Kisah ini bukan sekadar tentang kekuatan fisik yang luar biasa, tetapi juga tentang perjuangan pribadi Simson melawan godaan, keputusan yang keliru, dan dampak yang meluas dari pilihan-pilihannya terhadap bangsanya.
Pada pasal 14, kita diperkenalkan dengan keinginan Simson untuk menikahi seorang perempuan Filistin dari Timna. Keputusan ini menimbulkan konflik, baik dengan orang tuanya maupun dengan hukum Israel yang melarang perkawinan dengan bangsa asing. Namun, Simson bersikeras, didorong oleh sesuatu yang tidak dijelaskan secara rinci. Perjalanan menuju pernikahan ini diwarnai dengan tindakan heroik Simson yang membunuh seekor singa muda dengan tangan kosong, yang kelak menjadi teka-teki yang dipecahkan olehnya sendiri. Peristiwa ini menandai awal dari campur tangan ilahi dalam hidup Simson, bahkan dalam konteks keputusan pribadinya yang dipertanyakan.
Simbol kekuatan dan perjuangan yang mengiringi kisah Simson.
Pasal 15 melanjutkan kisah Simson dengan serangkaian pembalasan yang brutal terhadap orang Filistin sebagai respons atas pengkhianatan calon mertuanya. Kekuatan supernatural Simson terlihat jelas ketika ia membunuh seribu orang Filistin dengan rahang keledai. Namun, di balik kemenangan militernya, terlihat jelas bahwa Simson semakin terjerumus dalam siklus kekerasan dan dendam. Ketenaran dan ketakutannya di kalangan Filistin semakin meningkat, tetapi juga mengancam kedamaian di wilayah tersebut.
Memasuki pasal 16, kita menyaksikan kejatuhan Simson yang terkenal. Hubungannya dengan Delila, seorang wanita dari lembah Sorek, menjadi titik balik yang fatal. Orang Filistin, yang putus asa ingin menaklukkan Simson, menyuap Delila untuk mencari rahasia kekuatannya. Setelah beberapa kali penolakan dan kebohongan oleh Simson, Delila akhirnya berhasil membujuknya untuk mengungkapkan bahwa kekuatannya berasal dari nazirnya sebagai seorang Nazir, yang ditandai dengan rambutnya yang panjang. Kehancuran Simson terjadi ketika rambutnya dipotong saat ia tertidur di pangkuan Delila. Kekuatannya menghilang, dan ia ditangkap, dibutakan, dan diperbudak oleh orang Filistin.
Meskipun dalam kondisi terpuruk, Tuhan tidak sepenuhnya meninggalkan Simson. Pasal 16 diakhiri dengan peristiwa tragis namun heroik di kuil Dagon. Di sana, Simson, yang telah menjadi tontonan bagi orang Filistin, memohon kekuatan terakhir kepada Tuhan. Dengan menarik dua tiang penyangga utama kuil, ia menyebabkan keruntuhan besar yang menewaskan dirinya sendiri beserta ribuan orang Filistin, termasuk para pemimpin mereka. Kematian Simson, meskipun merupakan kehancuran pribadi, menjadi kemenangan terakhir bagi Israel melawan penindasan Filistin.
Pasal 17 kemudian mengalihkan fokus pada kisah Mikha, yang mencuri perak dari ibunya untuk membuat patung berhala. Kisah ini menyoroti periode kekacauan moral dan spiritual yang mendalam di Israel, di mana "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hakim-hakim 17:6). Hal ini menggambarkan kondisi bangsa yang kehilangan arah rohani dan kepemimpinan yang kuat, sebuah tema berulang dalam Kitab Hakim-hakim. Kisah Mikha dan perjalanannya dengan suku Dan yang mencari tanah pusaka baru semakin menegaskan keruntuhan tatanan sosial dan keagamaan.
Secara keseluruhan, Hakim-hakim 14-17 menyajikan gambaran yang kompleks tentang kepemimpinan yang tidak sempurna, perjuangan melawan bangsa-bangsa asing, dan dampak dari pilihan individu terhadap nasib bangsa. Ini adalah pengingat bahwa bahkan di tengah kelemahan dan kesalahan, campur tangan ilahi dan rencana Tuhan dapat tetap bekerja melalui pribadi yang tidak terduga, meskipun seringkali dengan konsekuensi yang menyakitkan.