"Dan setelah beberapa waktu ia kembali untuk mengambilnya, dan ia menyimpang dari jalannya untuk melihat bangkai singa itu, dan lihatlah, seekor lebah ada di dalam bangkai singa itu, dan madu."
Kisah yang tercatat dalam Kitab Hakim pasal 14, ayat 8, menyajikan sebuah gambaran yang unik dan sarat makna. Ayat ini menceritakan tentang Simson, seorang hakim Israel yang dikenal karena kekuatan fisiknya yang luar biasa, namun juga melalui berbagai peristiwa yang menunjukkan kebijaksanaan dan ketekunan luar biasa di tengah tantangan. Dalam perjalanan pulang setelah menemui tunangannya, Simson menyimpang dari jalan biasa untuk melihat lebih dekat sebuah bangkai singa yang pernah ia bunuh. Di dalam bangkai yang telah mati itu, ia menemukan sesuatu yang tak terduga: sarang lebah yang menghasilkan madu.
Penemuan ini bukanlah sekadar anekdot alam, melainkan menjadi inti dari teka-teki yang kemudian diajukan Simson kepada para pemuda Filistin. "Dari yang memakan keluar apa yang dapat dimakan, dan dari yang kuat keluar apa yang manis." Pernyataan ini terdengar paradoksial, bahkan mustahil bagi banyak orang. Bagaimana sesuatu yang mati dan busuk bisa menjadi sumber kehidupan dan kebaikan? Inilah letak kejeniusan Simson, yang menggabungkan pengamatan alam dengan pemahaman spiritual.
Dalam konteks spiritual, bangkai singa dapat diartikan sebagai simbol kejahatan, kezaliman, atau kuasa yang tampaknya kuat namun pada akhirnya akan hancur. Simson, sebagai utusan Tuhan, diutus untuk melawan dan menghancurkan kuasa-kuasa yang menindas umat-Nya. Kemenangannya atas singa tersebut menunjukkan bahwa kekuatan yang berasal dari kejahatan, sehebat apapun kelihatannya, tidak memiliki daya tahan dan pada akhirnya akan memberikan jalan bagi berkat yang lebih besar.
Madu yang ditemukan di dalam bangkai itu melambangkan berkat, pemeliharaan ilahi, dan sesuatu yang manis yang dihasilkan dari perjuangan melawan kejahatan. Hal ini mengajarkan bahwa bahkan dari situasi yang paling sulit, gelap, atau bahkan kematian, Tuhan dapat menghasilkan kebaikan dan berkat yang tak terduga. Pengalaman Simson ini menjadi pengingat bagi kita bahwa hikmat sejati seringkali datang dari mengamati karya Tuhan di dunia, bahkan dalam keadaan yang tidak biasa.
Ayat ini juga menekankan pentingnya observasi dan refleksi. Simson tidak hanya lewat begitu saja. Ia sengaja berhenti untuk mengamati, untuk memahami. Dalam kehidupan kita, seringkali kita terburu-buru melewati berbagai kejadian tanpa sempat merenungkan makna di baliknya. Mengambil waktu untuk mengamati dan merenungkan dapat membuka pemahaman baru, seperti yang terjadi pada Simson yang menemukan kebenaran dari bangkai singa.
Kisah Hakim 14:8 lebih dari sekadar cerita kuno. Ini adalah pelajaran abadi tentang bagaimana kekuatan kejahatan dapat ditaklukkan, dan bagaimana Tuhan dapat memampukan kita untuk menemukan hal-hal yang manis dan berharga bahkan di tengah kesulitan. Ini adalah undangan untuk mencari hikmat dalam setiap situasi, dan untuk percaya bahwa dari "yang kuat" (kekuatan yang menghancurkan) dapat datang "yang manis" (berkat dan pemeliharaan Tuhan).