"Maka berkatalah kelima orang itu, 'Mari kita pergi, sekarang juga, jangan tunda-tunda lagi, sebab TUHAN telah menyerahkan negeri itu ke tangan kita.'"
(Simbol Peta dengan penanda arah atau tujuan yang jelas, merepresentasikan perjalanan dan tujuan yang dipandu ilahi)
Kisah dalam Kitab Hakim-Hakim seringkali menggambarkan masa-masa penuh gejolak dan ketidakpastian bagi bangsa Israel. Namun, di tengah-tengah kekacauan, ada momen-momen yang menunjukkan keyakinan yang teguh dan keberanian untuk bertindak berdasarkan firman Tuhan. Ayat 14 dari pasal 18 ini adalah salah satu contohnya, diucapkan oleh lima orang dari suku Dan yang sedang dalam misi pencarian tanah warisan.
Setelah melakukan perjalanan dan menemukan tempat yang subur di Lais, kelima orang ini berhadapan dengan sebuah momen krusial. Mereka telah menyaksikan potensi besar dan merasa bahwa Tuhan telah membuka jalan bagi mereka. Perkataan, "Mari kita pergi, sekarang juga, jangan tunda-tunda lagi, sebab TUHAN telah menyerahkan negeri itu ke tangan kita," mencerminkan sebuah pemahaman yang mendalam tentang kehendak ilahi dan keyakinan untuk bertindak. Ini bukan sekadar keputusan impulsif, melainkan sebuah respons iman yang didasarkan pada pengamatan dan keyakinan bahwa Tuhan berada di pihak mereka.
Frasa "sekarang juga, jangan tunda-tunda lagi" menunjukkan urgensi yang dirasakan oleh para utusan tersebut. Mereka tidak ingin kehilangan momentum atau kesempatan yang diberikan Tuhan. Dalam konteks perjalanan iman, seringkali ada masa penantian dan persiapan. Namun, ketika tiba waktunya, keberanian untuk melangkah maju tanpa keraguan adalah kunci. Keterlambatan bisa berarti kehilangan berkat atau kesempatan yang telah Tuhan sediakan.
Pernyataan bahwa "TUHAN telah menyerahkan negeri itu ke tangan kita" adalah inti dari keyakinan mereka. Ini bukan kesombongan manusiawi, melainkan pengakuan atas kedaulatan Tuhan. Mereka percaya bahwa kemenangan dan kepemilikan atas tanah tersebut adalah karunia dari Tuhan, bukan semata-mata hasil dari kekuatan atau strategi mereka sendiri. Keyakinan ini memberikan mereka keberanian untuk menghadapi tantangan yang mungkin ada di depan, yaitu pengambilalihan Lais yang saat itu dihuni oleh bangsa Sidon.
Kisah ini mengajarkan kita banyak hal tentang iman yang proaktif. Pertama, pentingnya mengenali kapan Tuhan sedang membuka pintu. Kedua, keberanian untuk melangkah maju dengan keyakinan, bahkan ketika situasi belum sepenuhnya jelas. Dan yang terpenting, kesadaran bahwa keberhasilan sejati adalah anugerah Tuhan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita juga sering dihadapkan pada keputusan-keputusan yang membutuhkan keyakinan serupa. Apakah kita berani mengambil langkah iman ketika kita merasa dipanggil oleh Tuhan? Apakah kita percaya bahwa Dia akan menyertai dan membimbing kita?
Pelajaran dari Hakim-Hakim 18:14 ini relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa iman bukanlah pasif. Iman adalah sesuatu yang bertindak, bergerak, dan berani mengambil risiko demi kebenaran dan kehendak Tuhan. Ketika kita merasa ada panggilan atau peluang yang datang dari Tuhan, menunda-nunda dapat menjadi musuh terbesar kita. Dengan keyakinan pada penyertaan-Nya, kita dapat melangkah maju, mengetahui bahwa Dia yang memulai pekerjaan baik dalam diri kita, Dia juga akan menyelesaikannya. Mari kita belajar dari kelima orang ini untuk memiliki hati yang siap bertindak, didorong oleh keyakinan yang teguh pada Tuhan.