Kitab Hakim, terutama pada pasal 18 hingga 26, menyajikan gambaran yang kelam namun penting tentang periode kritis dalam sejarah bangsa Israel. Periode ini ditandai dengan kegagalan moral, penyembahan berhala, dan kekacauan hukum. Frasa kunci, "Dan bangsa itu tidak mengenal Tuhan, atau apa yang telah dilakukan-Nya bagi Israel," menjadi tema yang berulang dan merangkum inti permasalahan. Keadaan yang digambarkan dalam pasal-pasal ini adalah cerminan langsung dari keengganan bangsa Israel untuk memelihara perjanjian mereka dengan Tuhan dan untuk mematuhi ajaran-Nya.
Pasal-pasal ini menceritakan serangkaian peristiwa yang menunjukkan bagaimana setiap suku, atau bahkan individu, bertindak sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Tidak ada raja atau otoritas pusat yang efektif, dan akibatnya, hukum moral dan keagamaan sering kali dilanggar tanpa konsekuensi yang memadai. Kita melihat kisah tentang suku Dan yang mencari tanah baru dan mencuri patung berhala dari Mikha, menciptakan sebuah pusat penyembahan berhala yang permanen di utara. Peristiwa ini menggarisbawahi penyimpangan yang semakin dalam dari ibadah yang benar kepada Tuhan.
Pelanggaran Keadilan dan Moral
Selanjutnya, bagian ini juga menyoroti kisah mengerikan tentang hakim Lehi dan putrinya, serta perlakuan yang tidak manusiawi terhadap seorang wanita Lewi yang akhirnya meninggal dalam keadaan tragis. Peristiwa ini memicu perang saudara yang menghancurkan suku Benyamin, hampir memusnahkan suku tersebut. Ketidakadilan yang merajalela, kekerasan, dan hilangnya rasa hormat terhadap martabat manusia menjadi ciri khas periode ini. Semua ini terjadi karena bangsa Israel telah "meninggalkan Tuhan."
Bagian-bagian terakhir dari Kitab Hakim memberikan gambaran yang sangat suram tentang kebejatan moral dan sosial yang meluas. Masing-masing suku dan individu beroperasi berdasarkan prinsip 'masing-masing melakukan apa yang benar di matanya sendiri'. Konsep kebenaran, keadilan, dan kesetiaan kepada Tuhan seolah telah hilang dari kesadaran kolektif mereka. Ini adalah gambaran yang menyedihkan tentang masyarakat yang tanpa panduan ilahi, jatuh ke dalam jurang anarki dan kebejatan.
Meskipun penuh dengan kegelapan, pelajaran dari Hakim 18-26 sangat relevan. Ketiadaan pengenalan akan Tuhan dan penolakan terhadap kehendak-Nya selalu berujung pada kekacauan, ketidakadilan, dan penderitaan. Kitab ini berfungsi sebagai peringatan keras tentang konsekuensi dari mengabaikan prinsip-prinsip ilahi dan pentingnya kembali kepada Tuhan. Ini menekankan perlunya kepemimpinan yang saleh, kepatuhan terhadap hukum Tuhan, dan kesadaran yang terus-menerus akan kebaikan-Nya yang telah Ia lakukan bagi umat-Nya. Pengajaran ini tetap abadi, mengajak kita untuk terus memeriksa hubungan kita dengan Tuhan dan bagaimana hal itu memengaruhi tindakan kita sehari-hari.