Ilustrasi abstrak yang melambangkan pertentangan dan keadilan.
Ayat Hakim-Hakim 20:38 mencatat sebuah peristiwa penting dalam sejarah Israel, sebuah momen yang penuh dengan konsekuensi tragis dan juga menunjukkan keteguhan hati bangsa Israel dalam menegakkan hukum dan keadilan ilahi. Peristiwa ini terjadi setelah serangkaian konflik yang memuncak pada penganiayaan dan pembunuhan terhadap seorang Lewi dan gundiknya di Gibea, wilayah suku Benyamin. Tindakan keji ini menimbulkan kemarahan seluruh bangsa Israel, yang kemudian memutuskan untuk menghukum suku Benyamin atas perbuatan brutal anggotanya.
Kisah lengkapnya diceritakan dalam pasal-pasal sebelumnya, di mana bangsa Israel, setelah berkumpul di Mizpa, sepakat untuk berperang melawan suku Benyamin. Perang ini bukan hanya sekadar konflik antar suku, melainkan sebuah upaya untuk memberantas kejahatan yang telah merusak tatanan moral bangsa. Ada keprihatinan mendalam tentang bagaimana kejahatan seperti itu bisa terjadi dan dibiarkan dalam komunitas mereka. Oleh karena itu, keputusan untuk menghukum suku Benyamin diambil setelah melalui proses musyawarah yang serius.
Ayat Hakim-Hakim 20:38 secara ringkas menyampaikan hasil dari perang tersebut. Bangsa Israel telah berhasil mengalahkan suku Benyamin. Namun, istilah "membinasakan sampai habis" patut diperhatikan. Ini bukanlah kekejaman tanpa alasan, melainkan sebuah penegakan hukum yang keras terhadap pelanggaran berat yang mengancam integritas seluruh bangsa. Dalam konteks zaman itu, hukuman yang berat seringkali diterapkan untuk mencegah kejahatan serupa terulang kembali. Perjanjian yang disebutkan di sini mengacu pada kesepakatan seluruh suku Israel untuk bertindak bersama dalam menghadapi kejahatan yang dilakukan oleh sebagian kecil dari mereka.
Meskipun kisah ini mungkin terasa keras bagi pembaca modern, ia mengajarkan beberapa prinsip penting. Pertama, pentingnya keadilan. Kejahatan harus ditangani, dan ada konsekuensi bagi tindakan yang salah. Kedua, pentingnya persatuan bangsa. Ketika kejahatan mengancam, seluruh komunitas harus bersatu untuk menanganinya. Ketiga, pentingnya kedaulatan ilahi. Seluruh peristiwa ini terjadi di bawah pengawasan Tuhan, dan keputusan bangsa Israel seringkali dipandu oleh apa yang mereka yakini sebagai kehendak Tuhan untuk memulihkan keadilan dan kesucian di antara umat-Nya. Hakim-Hakim 20:38 mengingatkan kita bahwa keadilan seringkali membutuhkan tindakan yang tegas, meskipun terkadang menyakitkan, demi kebaikan yang lebih besar dan penegakan prinsip-prinsip moral yang luhur.