"Siapa yang menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan siapa yang membongkar pagar, akan dipagut ular."
Firman Tuhan dalam Pengkhotbah 10:8 mengingatkan kita akan sebuah kebenaran fundamental tentang konsekuensi dari tindakan kita. Ayat ini menggunakan metafora yang kuat: menggali lobang dan membongkar pagar. Keduanya adalah tindakan yang, jika tidak dilakukan dengan hati-hati atau dengan niat yang buruk, dapat berujung pada malapetaka. "Siapa yang menggali lobang akan jatuh ke dalamnya." Ini adalah gambaran klasik dari orang yang merencanakan keburukan bagi orang lain, namun pada akhirnya, rencana itu berbalik menghantam dirinya sendiri. Dalam konteks kehidupan modern, ini bisa berarti segala bentuk tipu daya, kecurangan, atau strategi jahat yang dirancang untuk menjatuhkan orang lain. Ketika rencana licik itu berbalik, sang perencana akan mendapati dirinya terperangkap dalam perangkap yang ia ciptakan sendiri.
Selanjutnya, ayat ini berlanjut dengan, "dan siapa yang membongkar pagar, akan dipagut ular." Pagar, dalam banyak budaya, melambangkan perlindungan, batas, atau keamanan. Membongkar pagar berarti menerobos batasan yang ada, baik itu batasan hukum, etika, sosial, atau bahkan batasan yang Tuhan tetapkan. Ular, dalam tradisi Alkitab, sering kali dikaitkan dengan kejahatan, godaan, dan bahaya yang tersembunyi. Ketika seseorang sengaja merusak atau menerobos perlindungan yang ada, ia membuka dirinya terhadap ancaman yang mungkin sebelumnya tidak terlihat atau terhindarkan. Ini bisa merujuk pada tindakan ceroboh yang mengabaikan peringatan, atau kesengajaan untuk melakukan sesuatu yang dilarang dan berisiko. Konsekuensinya bisa datang dalam bentuk kerugian, penyesalan, atau bahkan bahaya fisik dan spiritual.
Makna yang terkandung dalam Pengkhotbah 10:8 lebih dari sekadar peringatan tentang bahaya fisik. Ini adalah pelajaran mendalam tentang prinsip moral dan spiritual. Tuhan adalah sumber kebijaksanaan, dan firman-Nya memberikan panduan agar kita hidup dengan bijak. Mengabaikan firman-Nya atau bertindak dengan cara yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya sama saja dengan menggali lobang bagi diri sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kebijaksanaan tercermin dalam keputusan kita. Apakah kita memilih jalan yang lurus dan jujur, ataukah kita tergoda untuk mengambil jalan pintas yang penuh risiko?
Ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga integritas dan menghormati batasan yang ada. Membongkar pagar bisa juga diartikan sebagai melanggar perjanjian, mengingkari janji, atau merusak hubungan yang telah dibangun. Dampaknya bisa jauh lebih luas daripada yang dibayangkan. Ular yang memagut bisa melambangkan rasa bersalah yang menghantui, kehilangan kepercayaan dari orang lain, atau bahkan celaka yang tak terduga.
Sebagai penutup, Pengkhotbah 10:8 adalah panggilan untuk hidup dengan kewaspadaan dan hikmat. Kita harus senantiasa merenungkan setiap tindakan kita, memastikan bahwa kita tidak sengaja menciptakan celaka bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan mengandalkan kebijaksanaan Tuhan, kita dapat menghindari lobang jebakan dan menjaga diri kita dari gigitan ular, menjalani hidup yang penuh berkat dan kedamaian. Mari kita selalu berjalan di jalan kebenaran, membangun daripada merusak, dan menjaga hati kita dari segala niat yang tidak luhur.