Maka orang Israel itu terus melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu dikuatkan TUHAN Eglon raja Moab melawan orang Israel, karena mereka telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.
Ayat Hakim 3:12 menggambarkan sebuah pola yang berulang dalam sejarah bangsa Israel yang tercatat dalam kitab Hakim. Inti dari ayat ini adalah peringatan keras mengenai konsekuensi dari tindakan yang "jahat di mata TUHAN". Fenomena ini bukan sekadar insiden tunggal, melainkan sebuah siklus yang terjadi berulang kali: ketika bangsa Israel menyimpang dari jalan Tuhan, mereka akan mengalami penindasan dari bangsa lain. Dan dalam ayat ini, bala tentara Moab dikuatkan oleh Tuhan untuk menghukum mereka. Ini menunjukkan bahwa kedaulatan Tuhan mencakup aspek keadilan dan disiplin terhadap umat-Nya.
Perlu dipahami bahwa "kekuatan" yang diberikan Tuhan kepada Eglon bukanlah berarti Tuhan mendukung kejahatan Moab. Sebaliknya, ini adalah bentuk dari disiplin ilahi. Tuhan mengizinkan atau bahkan menggunakan bangsa lain sebagai alat untuk mengingatkan dan mendisiplinkan umat-Nya agar kembali kepada-Nya. Penindasan ini berfungsi sebagai pukulan keras yang diharapkan dapat menyadarkan Israel akan kesalahan mereka dan mendorong mereka untuk bertobat.
Meskipun konteksnya adalah sejarah kuno, prinsip yang terkandung dalam Hakim 3:12 tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan pribadi, hubungan, atau bahkan dalam skala masyarakat, mengabaikan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang luhur sering kali berujung pada konsekuensi negatif. Ketidaktaatan terhadap nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan kasih sering kali membawa kita ke dalam situasi sulit, kerugian, atau penderitaan.
Seperti bangsa Israel yang "terus melakukan apa yang jahat", kita pun terkadang terjebak dalam kebiasaan buruk atau pola pikir yang merusak. Godaan untuk mengikuti jalan yang lebih mudah, yang bertentangan dengan hati nurani atau ajaran yang kita yakini, selalu ada. Namun, Hakim 3:12 mengingatkan bahwa ada harga yang harus dibayar untuk setiap penyimpangan. Konsekuensi tersebut bisa berupa rusaknya hubungan, kehilangan kepercayaan, masalah finansial, atau bahkan pergolakan batin yang mendalam.
Kisah dalam kitab Hakim bukanlah sekadar catatan sejarah yang monoton tentang kejatuhan Israel. Di balik siklus ketidaktaatan dan hukuman, selalu ada juga kisah tentang penyelamatan dan pengampunan ketika bangsa Israel berbalik kepada Tuhan. Poin pentingnya adalah bahwa Tuhan selalu membuka pintu pertobatan. Namun, pertobatan sejati bukanlah sekadar ucapan menyesal, melainkan perubahan perilaku yang berkelanjutan.
Ayat Hakim 3:12 memberikan sebuah pelajaran yang berharga: ketaatan kepada Tuhan membawa berkat dan perlindungan, sementara ketidaktaatan mendatangkan kesulitan. Memilih untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi, yang sering kali membutuhkan usaha dan disiplin, pada akhirnya akan membawa kedamaian dan keberhasilan yang sejati. Mari kita renungkan ayat ini sebagai pengingat untuk senantiasa menjaga hati dan tindakan kita agar tetap berkenan di hadapan Tuhan, serta menghindari pola kejatuhan yang sama seperti yang dialami bangsa Israel di masa lalu. Memilih jalan kebenaran dan ketaatan adalah investasi terbaik untuk masa depan yang lebih cerah.