Hakim Hakim 3:15 - Keadilan Ilahi yang Tak Tergoyahkan

"Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN; dan TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi mereka, yakni Ehud bin Gera, seorang Benyamin, yang kidal."
Ikon Timbangan Keadilan

Kisah tentang para hakim-hakim dalam Kitab Suci merupakan pengingat kuat tentang siklus penebusan dan pertobatan umat Israel. Dalam rentang waktu yang panjang, mereka berulang kali jatuh ke dalam penyembahan berhala dan melupakan perjanjian mereka dengan Tuhan. Namun, di setiap titik terendah, Tuhan selalu menunjukkan belas kasih-Nya dengan membangkitkan seorang pemimpin, seorang hakim, yang akan membebaskan mereka dari penindasan musuh. Ayat Hakim Hakim 3:15 menyoroti momen penting dalam siklus ini.

Setelah orang Israel jatuh ke dalam dosa dan kemudian mengalami penindasan oleh Eglon, raja Moab, yang memerintah selama delapan belas tahun, keputusasaan melanda bangsa itu. Penderitaan yang mendalam akhirnya mendorong mereka untuk kembali berseru kepada Tuhan. Doa yang tulus ini tidak berlalu begitu saja di hadapan Tuhan. Seperti janji-Nya yang tak terhingga, Tuhan mendengarkan tangisan umat-Nya dan mengambil tindakan. Dia tidak membiarkan mereka terus berada dalam kegelapan dan penindasan.

Tindakan Tuhan kali ini adalah dengan membangkitkan seorang penyelamat. Penyelamat ini bernama Ehud, putra Gera, dari suku Benyamin. Apa yang menarik dari Ehud adalah deskripsinya: ia seorang kidal. Di masa itu, menjadi kidal seringkali dipandang sebagai kelemahan atau bahkan sesuatu yang tidak lazim. Namun, Tuhan seringkali memilih orang-orang yang dipandang biasa, bahkan memiliki keterbatasan, untuk menunjukkan kuasa-Nya yang luar biasa. Kidalnya Ehud, alih-alih menjadi hambatan, justru menjadi keuntungan tak terduga dalam pelaksanaan tugasnya.

Kisah Ehud, yang terungkap lebih lanjut dalam pasal ini, adalah bukti nyata bagaimana Tuhan dapat menggunakan siapa saja, dengan cara apa saja, untuk menggenapi rencana-Nya. Keberanian Ehud, akal cerdiknya, dan keberpihakan Tuhan adalah kombinasi mematikan bagi musuh Israel. Penggunaan pedang di paha kirinya, yang lebih mudah dijangkau oleh orang kidal, menjadi kunci dalam penyerangan terhadap Eglon. Ini menunjukkan bahwa kelemahan yang terlihat bisa menjadi kekuatan tersembunyi ketika kita berserah pada tuntunan Tuhan.

Pesan dari Hakim Hakim 3:15 dan kisah selanjutnya sangat relevan bagi kita hari ini. Pertama, ia mengajarkan tentang pentingnya pertobatan sejati. Ketika kita menyadari kesalahan kita dan berseru kepada Tuhan dengan hati yang hancur, Dia selalu siap mendengarkan dan menolong. Kedua, ia menegaskan kedaulatan dan kebijaksanaan Tuhan dalam memilih alat-alat-Nya. Dia tidak terbatas pada kekuatan atau bakat luar biasa; bahkan yang tampak lemah pun bisa menjadi alat yang efektif di tangan-Nya. Terakhir, kisah ini mengingatkan kita bahwa keadilan ilahi selalu bekerja. Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan berkuasa selamanya, dan Dia akan menyediakan jalan keluar bagi umat-Nya yang mencari Dia. Semangat hakim hakim, dan khususnya Ehud, mengingatkan kita akan harapan yang selalu ada di dalam Tuhan, bahkan di tengah situasi yang paling sulit sekalipun.