Ayat ini dari Kitab Hakim-hakim menggambarkan sebuah situasi yang sangat genting bagi bangsa Israel. Di bawah kepemimpinan Gideon, mereka berhadapan dengan musuh yang jumlahnya luar biasa banyak, bagaikan belalang yang memenuhi lembah dan unta yang tak terhitung seperti pasir di tepi laut. Bayangkanlah skala ancaman yang dihadapi Gideon dan pasukannya yang jauh lebih kecil. Dalam situasi seperti ini, harapan seringkali memudar, dan rasa takut bisa melumpuhkan. Namun, justru di tengah-tengah keputusasaan inilah Tuhan seringkali menunjukkan kuasa-Nya yang luar biasa.
Kisah Gideon dalam Hakim-hakim pasal 7 adalah salah satu contoh paling inspiratif tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui individu yang tampaknya tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk mencapai tujuan-Nya. Tuhan tidak memilih tentara yang paling kuat atau persenjataan yang paling lengkap. Sebaliknya, Dia memilih untuk bekerja dengan cara yang akan menyoroti bahwa kemenangan itu datang dari-Nya, bukan dari kekuatan manusia. Dalam konteks ayat 12 ini, kita melihat betapa luar biasanya keberanian yang dibutuhkan untuk bahkan berpikir tentang perlawanan. Musuh begitu banyak, begitu mendominasi, sehingga gambaran belalang dan pasir menekankan betapa sia-sianya usaha manusia jika tanpa campur tangan ilahi.
Namun, Tuhan memiliki rencana yang berbeda. Dia membatasi jumlah tentara Gideon, bukan untuk membuat tugasnya lebih mudah, tetapi untuk membuat kemenangannya lebih jelas terlihat berasal dari Tuhan. Dengan hanya 300 orang, yang bahkan memiliki persenjataan yang minim, Gideon diperintahkan untuk menghadapi lautan musuh. Ini adalah bukti nyata bahwa Tuhan tidak membutuhkan jumlah untuk memberikan kemenangan. Dia membutuhkan iman, ketaatan, dan kesediaan untuk percaya pada janji-Nya.
Ayat 12, meskipun hanya deskripsi mengenai jumlah musuh, menjadi landasan penting untuk memahami bagaimana Tuhan bekerja. Keterbatasan yang dihadapi Gideon bukanlah penghalang bagi Tuhan, melainkan panggung untuk menunjukkan kebesaran-Nya. Setiap kali kita merasa dihadapkan pada tantangan yang tampaknya mustahil, seperti pasukan Midian yang sangat banyak, kita diingatkan bahwa kekuatan kita bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons situasi tersebut dengan iman dan penyerahan diri kepada Tuhan. Kisah ini mengajarkan bahwa dalam segala keterbatasan, kemenangan sejati selalu ada dalam jangkauan jika kita bersandar pada Tuhan. Kita dapat menghadapi apa pun yang datang dalam hidup, dengan keyakinan bahwa Tuhan yang berkuasa atas segala situasi.