"Jawab Gideon: "Apakah yang telah dilakukannya sekarang ini seperti yang telah kaulakukan? Apakah sisa-sisa buah anggur Efraim lebih baik dari pada panen kesudahanmu? Allah telah menyerahkan pemimpin Midian, Oreb dan Zeeb ke dalam tanganmu, dan apakah yang dapat kulakukan terhadap pemimpin-pemimpin yang demikian itu?"
Kisah Gideon dalam Kitab Hakim-Hakim merupakan salah satu narasi yang kaya akan pelajaran iman dan kepemimpinan. Ayat spesifik pada Hakim-Hakim 8:2 menyoroti percakapan antara Gideon dan penduduk Sukot. Setelah meraih kemenangan gemilang atas bangsa Midian, Gideon dan pasukannya yang kelelahan meminta bekal makanan dari penduduk Sukot. Namun, penduduk Sukot, yang tampaknya ragu akan kemampuan Gideon untuk benar-benar mengalahkan musuh yang kuat, menolak permintaan tersebut. Mereka bertanya, "Apakah Oreb dan Zareb sudah di tanganmu sekarang, sehingga kami harus memberikan roti kepada tentar mu yang kelelahan?"
Respons Gideon dalam ayat ini sangatlah krusial. Alih-alih membalas dengan kekerasan atau keputusasaan, Gideon justru menunjukkan kesabaran dan strategi. Ia mengingatkan mereka tentang keunggulan kemenangan yang telah diraih Israel, membandingkan apa yang telah dilakukan Allah bagi mereka dengan apa yang mungkin telah mereka lewatkan. Gideon menekankan bahwa kesuksesan awal dalam mengalahkan para pemimpin Midian, Oreb dan Zeeb, adalah bukti nyata kuasa Allah yang bekerja melalui dirinya. Ia menggunakan perbandingan yang cerdas dengan membandingkan buah anggur yang tersisa dari panen Efraim dengan sisa-sisa panen mereka sendiri, menyiratkan bahwa sekalipun hanya sedikit yang tersisa, itu tetaplah berharga dan membuktikan ketahanan.
Pesan mendalam dari Hakim-Hakim 8:2 ini adalah tentang pentingnya kesabaran dan keyakinan di tengah keraguan. Gideon tidak terburu-buru membalas dendam atas penolakan Sukot. Sebaliknya, ia melanjutkan perjalanannya dan berhasil mengalahkan sisa-sisa pasukan Midian. Baru setelah menyelesaikan tugas utamanya, ia kembali ke Sukot. Namun, alih-alih menunjukkan kelemahan, ia justru menunjukkan kekuatan dan keadilan yang terukur. Ia mengajarkan pelajaran berharga kepada penduduk Sukot dengan cara yang tidak hanya menghukum, tetapi juga mendidik mereka tentang konsekuensi ketidakpercayaan dan ketidakpedulian.
Dalam konteks kehidupan modern, kisah ini mengajarkan kita bahwa kemenangan sejati sering kali membutuhkan kesabaran. Kita mungkin menghadapi keraguan, penolakan, atau bahkan ejekan dari orang lain ketika kita sedang berjuang menuju tujuan kita. Sikap Gideon mengajarkan kita untuk tetap fokus pada misi kita, percaya pada anugerah dan pertolongan Tuhan, dan tidak mudah goyah oleh opini negatif. Keunggulan kepemimpinan Gideon tidak hanya terletak pada keberanian militernya, tetapi juga pada kebijaksanaan, kesabaran, dan kemampuannya untuk menjaga fokus bahkan ketika dihadapkan pada tantangan dan kekecewaan. Ia membuktikan bahwa kesabaran, ketika dipadukan dengan keyakinan yang teguh, adalah kunci untuk mencapai kemenangan yang lebih besar dan memberikan pelajaran yang berarti.