"Dan Allah memberi mereka kemenangan, tetapi ia berkata kepada mereka, 'Aku tidak akan pergi bersamamu; jangan kamu menuntut aku, jika kamu mengalahkan orang Midian, maka yang tinggal akan jadi duri bagi lambungmu.'"
Ilustrasi: Gambaran simbolis pertolongan ilahi yang membawa kemenangan.
Kisah dari Kitab Hakim-hakim pasal 8 ayat 3 ini menyoroti momen krusial dalam perjalanan bangsa Israel. Setelah bertahun-tahun tertindas oleh bangsa Midian, Tuhan memberikan kemenangan yang luar biasa kepada Gideon dan pasukannya. Namun, di tengah euforia kemenangan, ada sebuah peringatan penting dari Tuhan yang disampaikan melalui Gideon kepada para pengikutnya.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kemenangan yang diraih bukanlah semata-mata karena kekuatan manusia, melainkan karena campur tangan ilahi. Tuhan adalah sumber segala kekuatan dan kemenangan. Namun, justru pada saat-saat kejayaan inilah manusia paling rentan terhadap kesombongan dan kebanggaan diri. Godaan untuk merasa bahwa keberhasilan adalah hasil usaha semata bisa muncul, mengaburkan pengenalan akan sumber pertolongan yang sebenarnya.
Pesan Tuhan melalui Gideon sangat jelas: "Aku tidak akan pergi bersamamu; jangan kamu menuntut aku, jika kamu mengalahkan orang Midian, maka yang tinggal akan jadi duri bagi lambungmu." Ini bukan berarti Tuhan meninggalkan mereka, tetapi lebih kepada sebuah teguran dan pengingat. Tuhan ingin memastikan bahwa kemenangan ini tetap dipandang sebagai anugerah-Nya. Jika mereka mulai bersandar pada kekuatan sendiri, atau bahkan menuntut hak dari Tuhan setelah kemenangan diraih, maka sisa-sisa musuh yang berhasil mereka taklukkan justru akan menjadi sumber masalah di masa depan. Ini bisa diartikan sebagai ancaman yang lebih halus, seperti perselisihan internal, kesalahpahaman, atau kebanggaan yang mengarah pada kehancuran.
Peringatan ini memiliki relevansi yang mendalam bagi kehidupan kita saat ini. Dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu karir, studi, hubungan, atau perjuangan pribadi, kita sering kali mencari dan meraih kemenangan. Namun, sangat penting untuk senantiasa mengingat siapa yang memberikan kekuatan dan kesempatan. Kerendahan hati adalah kunci untuk menjaga hubungan yang sehat dengan Tuhan dan memastikan bahwa keberhasilan yang kita raih tidak membawa kehancuran.
Kemenangan yang sejati bukanlah hanya tentang mengalahkan musuh di luar, tetapi juga tentang mengalahkan ego, kesombongan, dan kebanggaan diri di dalam diri kita. Ketika kita mampu memelihara rasa syukur dan mengakui peran Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, maka kemenangan yang kita dapatkan akan membawa kedamaian dan berkat yang berkelanjutan. Hakim-hakim 8:3 mengajarkan kita untuk bersukacita dalam kemenangan sambil tetap berakar pada kerendahan hati dan kesadaran akan kemurahan Tuhan.
Menghadapi tantangan dan meraih pencapaian adalah bagian dari perjalanan hidup. Namun, cara kita mengelola kemenangan dan keberhasilan menentukan apakah itu akan menjadi batu loncatan menuju pertumbuhan yang lebih baik, atau justru menjadi jurang kehancuran. Belajar dari Gideon, marilah kita selalu menjaga pandangan yang jernih dan hati yang rendah hati di hadapan Tuhan, bahkan di puncak kesuksesan.