"Dan Gideon mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN. Sesudah itu ia kembali ke rumahnya di Ofra."
Simbol pengorbanan dan kepulangan
Ayat Hakim-Hakim 8:31 mencatat sebuah momen penting dalam kehidupan Gideon, seorang pemimpin yang dipilih Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan Midian. Setelah serangkaian kemenangan gemilang yang didorong oleh iman dan campur tangan ilahi, Gideon kembali ke rumahnya di Ofra. Namun, kalimat penutup ini bukan sekadar laporan geografis; ia menyimpan kedalaman makna rohani yang patut direnungkan. Tindakan Gideon mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan segera setelah pertempuran menegaskan kembali posisinya sebagai hamba Tuhan yang taat. Ini adalah pengakuan atas segala kemenangan yang telah diberikan, sebuah ungkapan syukur yang tulus atas pertolongan-Nya.
Kisah Gideon adalah kisah tentang bagaimana Tuhan dapat menggunakan orang biasa dengan kekuatan yang luar biasa melalui ketaatan mereka. Di tengah situasi yang tampak mustahil, Gideon, dengan pasukannya yang sangat sedikit, berhasil mengalahkan tentara Midian yang berjumlah sangat besar. Kemenangan ini bukanlah hasil dari strategi militer semata, melainkan bukti nyata kuasa Tuhan yang bekerja melalui iman Gideon. Namun, kemenangan besar seringkali membawa ujian baru. Setelah usai pertempuran, tantangan terbesar Gideon mungkin bukan lagi musuh dari luar, melainkan godaan untuk menyimpang dari jalan Tuhan, atau godaan untuk mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.
Pengorbanan yang dipersembahkan Gideon adalah pengingat penting bagi setiap orang percaya. Dalam segala aspek kehidupan, baik dalam kemenangan maupun dalam masa-masa sulit, kita dipanggil untuk senantiasa mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Pengorbanan dalam konteks ini bukan hanya merujuk pada persembahan fisik, tetapi juga pengorbanan waktu, tenaga, dan bahkan keinginan pribadi demi ketaatan kepada kehendak Tuhan. Ketaatan Gideon dalam mempersembahkan korban menunjukkan bahwa ia tidak melupakan sumber kekuatannya dan tidak mengklaim kemenangan itu sebagai miliknya sendiri.
Kepulangan Gideon ke Ofra juga bisa diartikan sebagai kembalinya ia ke dalam peranannya sebagai pemimpin rumah tangga dan komunitasnya. Ia tidak terpaku pada kejayaan medan perang, melainkan kembali menjalani kehidupan sehari-hari, namun dengan kesadaran yang baru dan diperbaharui oleh pengalaman imannya. Ini mengajarkan kita bahwa panggilan Tuhan seringkali berlaku tidak hanya di momen-momen besar, tetapi juga dalam rutinitas kehidupan kita. Bagaimana kita mengelola rumah tangga, pekerjaan, dan hubungan kita dengan orang lain setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan juga merupakan bagian dari kesaksian iman kita.
Kisah Gideon, termasuk momen singkat namun bermakna di Hakim-Hakim 8:31, terus menginspirasi kita untuk hidup dalam ketaatan, rasa syukur, dan integritas. Ia mengingatkan kita bahwa kemenangan sejati berasal dari Tuhan, dan tanggung jawab kita adalah untuk selalu mengembalikan kemuliaan kepada-Nya, sambil tetap setia menjalani panggilan kita di mana pun kita berada. Ujian iman kita seringkali tidak hanya muncul dalam menghadapi kesulitan, tetapi juga dalam bagaimana kita mengelola berkat dan kemenangan yang diberikan.