"Tetapi yang dimaksud dengan 'sekali lagi' ialah: barang-barang yang dapat digoncangkan itu akan disingkirkan, karena barang-barang itu telah dijadikan, supaya barang-barang yang tidak dapat digoncangkan itu tetap ada."
Ayat Alkitab dari Kitab Ibrani pasal 12, ayat 27, menyajikan sebuah kebenaran yang mendalam tentang sifat perubahan dan kekekalan. Kata kunci dalam ayat ini adalah "sekali lagi," yang mengindikasikan adanya suatu perubahan, namun bukan sembarang perubahan. Perubahan ini bersifat fundamental, ditujukan untuk memisahkan apa yang sementara dari apa yang abadi. Dalam konteksnya, penulis Ibrani sedang membandingkan pengalaman bangsa Israel di Gunung Sinai yang penuh dengan ketakutan dan kegoncangan, dengan pengalaman umat percaya dalam perjanjian baru di Gunung Sion, yaitu Yerusalem surgawi.
Perubahan yang digambarkan di sini bukanlah kemunduran atau kehancuran semata, melainkan sebuah proses pemurnian. "Barang-barang yang dapat digoncangkan itu akan disingkirkan." Ini merujuk pada segala sesuatu yang bersifat duniawi, fana, dan tidak kekal. Bisa jadi ini mencakup sistem keagamaan yang didasarkan pada hukum Taurat yang lama, kemegahan duniawi, ambisi pribadi, atau bahkan kesombongan diri yang membuat manusia merasa aman dalam pencapaiannya sendiri. Semua ini, betapapun tampak kokohnya, pada akhirnya akan goyah dan lenyap karena sifat dasarnya yang tidak kekal.
Tujuan dari penyingkiran ini sangat jelas: "supaya barang-barang yang tidak dapat digoncangkan itu tetap ada." Apa sajakah barang-barang yang tidak dapat digoncangkan ini? Ini adalah hal-hal yang bersifat surgawi, kekal, dan didasarkan pada anugerah serta kebenaran Allah yang tak berubah. Ini mencakup hubungan yang teguh dengan Allah melalui Yesus Kristus, iman yang kokoh, pengharapan yang pasti, kasih yang abadi, serta kebenaran-Nya yang tidak akan pernah bergeser. Dalam Yesus, kita menemukan fondasi yang kokoh, kasih yang tak tergoyahkan, dan janji kehidupan kekal yang tidak akan pernah bisa diguncang oleh badai kehidupan dunia.
Mengaplikasikan kebenaran ini dalam kehidupan kita sehari-hari berarti kita perlu secara sadar membedakan mana yang bersifat sementara dan mana yang bersifat kekal. Seringkali, kita menghabiskan energi dan sumber daya kita untuk hal-hal yang pada akhirnya akan hilang. Kita mengejar kekayaan materi yang tidak bisa dibawa mati, status sosial yang hanya ada di dunia ini, atau pengakuan dari manusia yang sifatnya sementara. Ayat ini mengajak kita untuk mengalihkan fokus kita. Marilah kita membangun hidup kita di atas fondasi yang tak tergoyahkan: iman kepada Kristus, persekutuan dengan-Nya, dan pelaksanaan kehendak-Nya.
Ketika kita menghadapi kesulitan, pencobaan, atau perubahan drastis dalam hidup, ayat ini memberikan penghiburan dan kekuatan. Janganlah kita menjadi putus asa ketika hal-hal yang kita anggap penting tiba-tiba goyah. Ingatlah, ini bisa jadi adalah bagian dari proses pemurnian ilahi untuk menyingkirkan apa yang sementara, agar apa yang kekal dalam hidup kita semakin bersinar dan bertahan. Bertahanlah dalam iman, karena pengharapan kita tertanam dalam Dia yang adalah kekal dan tidak berubah. Percayalah bahwa di tengah setiap goncangan, Allah sedang bekerja untuk mengokohkan kita pada fondasi yang tidak akan pernah roboh.