Ayat Ibrani 7:15 merupakan sebuah titik krusial dalam pemahaman teologis mengenai Yesus Kristus. Ayat ini tidak hanya menyoroti aspek keimamatan-Nya, tetapi juga membedakan keimamatan-Nya dari sistem keimamatan yang ada sebelumnya dalam Perjanjian Lama. Perbandingan dengan Melkisedek menjadi kunci untuk memahami signifikansi keimamatan Kristus yang unik dan superior.
Melkisedek, figur misterius dari Perjanjian Lama, muncul dalam Kitab Kejadian sebagai raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi. Ia memberikan persembahan kepada Abraham dan memberkati Abraham. Keunikannya terletak pada garis keturunan yang tidak disebutkan, serta statusnya yang lebih tinggi dari Abraham dalam konteks perjumpaan mereka. Para penafsir melihat Melkisedek sebagai bayangan atau tipologi dari Kristus.
Penulis kitab Ibrani menggunakan figur Melkisedek untuk menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar yang baru, yang tidak berasal dari suku Lewi, seperti imam-imam Perjanjian Lama. Hukum Taurat, yang menetapkan Harun dan keturunannya sebagai imam, didasarkan pada garis keturunan jasmaniah. Namun, Yesus berasal dari suku Yehuda, dan keimamatan-Nya tidak berdasarkan garis keturunan biologis semata. Sebaliknya, ayat ini menekankan bahwa keimamatan Kristus didasarkan pada "kekuatan hidup yang tidak dapat binasa."
Frasa "kekuatan hidup yang tidak dapat binasa" merujuk pada kebangkitan Yesus dari kematian. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus telah mengalahkan maut dan menjadi hidup selamanya. Ini berarti keimamatan-Nya adalah keimamatan yang abadi dan tidak terbatas oleh waktu atau kematian. Berbeda dengan imam-imam Perjanjian Lama yang harus digantikan karena mereka fana, Yesus, setelah bangkit, menjadi Imam Agung yang kekal.
Implikasi dari keimamatan Kristus ini sangat mendalam. Sebagai Imam Agung yang kekal dan tidak dapat binasa, Yesus memiliki kuasa dan otoritas penuh untuk menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Pengorbanan-Nya di kayu salib adalah pengorbanan yang sempurna dan final, yang menghapus dosa manusia selamanya. Oleh karena itu, orang percaya tidak lagi membutuhkan sistem pengorbanan binatang yang berulang kali, melainkan dapat datang langsung kepada Allah melalui doa dan iman kepada Yesus Kristus.
Perbandingan dengan Melkisedek juga menunjukkan bahwa keimamatan Kristus lebih tinggi. Melkisedek memberkati Abraham, leluhur bangsa Israel, yang menunjukkan otoritasnya. Kristus, sebagai Imam Agung yang sesuai dengan pola Melkisedek, memberkati semua orang yang datang kepada-Nya, memberikan keselamatan dan kedamaian sejati. Ayat ini mengundang kita untuk merenungkan betapa luar biasanya anugerah Allah dalam menyediakan seorang Imam Agung yang sempurna, yang melalui kekuatan hidup-Nya yang abadi, membawa kita kepada penebusan dan rekonsiliasi dengan Allah.
Memahami Ibrani 7:15 membantu kita untuk lebih menghargai kedudukan unik Yesus Kristus dalam rencana keselamatan Allah. Keimamatan-Nya yang kekal, yang tidak terikat oleh hukum keturunan jasmani tetapi berdasarkan kekuatan hidup yang tak terbinasakan, adalah dasar dari iman Kristen kita. Ia adalah jembatan abadi yang menghubungkan kita dengan Bapa di surga.