"Sebab hukum Taurat yang lama itu, karena lemah dan tidak berguna, telah dibatalkan, sebab Kitab Suci mengatakan: "Sesungguhnya, akan datang suatu waktu, firman Tuhan, ketika Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda."
Ayat Ibrani 7:18 ini merupakan sebuah pernyataan krusial dalam Kitab Ibrani yang menjelaskan tentang perubahan mendasar dalam hubungan antara Allah dan umat-Nya. Ayat ini berbicara tentang pembatalan hukum Taurat lama dan pengenalan perjanjian baru. Konsep "pembatalan" di sini bukanlah berarti hukum Taurat tidak lagi memiliki nilai atau makna, melainkan bahwa keberadaannya telah digenapi dan digantikan oleh sesuatu yang lebih sempurna dan kekal. Hukum Taurat lama, yang diberikan melalui Musa, memiliki peran penting dalam mengungkapkan standar kekudusan Allah dan menunjukkan dosa manusia. Namun, karena kelemahan manusia dan ketidakmampuannya untuk mematuhi hukum tersebut secara sempurna, hukum Taurat lama pada akhirnya tidak dapat memberikan keselamatan yang sejati.
Penulis Kitab Ibrani menekankan bahwa hukum Taurat lama itu "lemah dan tidak berguna" dalam arti tidak mampu membawa manusia kepada kesempurnaan dan penebusan dosa yang definitif. Ia seperti bayangan dari kenyataan yang lebih besar. Kedatangan Yesus Kristus menjadi titik balik yang monumental. Melalui pengorbanan-Nya yang sempurna di kayu salib, Ia menggenapi tuntutan hukum Taurat dan membuka jalan bagi sebuah perjanjian baru. Perjanjian baru ini tidak didasarkan pada ketaatan manusia yang rapuh, melainkan pada kasih karunia dan pengampunan Allah yang dianugerahkan melalui iman kepada Kristus.
Frasa "perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda" yang dikutip dari Kitab Yeremia menandakan kelanjutan dari rencana ilahi untuk umat-Nya. Perjanjian baru ini tidak hanya terbatas pada keturunan fisik Israel, tetapi juga mencakup semua orang dari berbagai bangsa yang menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dalam perjanjian baru ini, hukum Allah tidak lagi ditulis di atas loh batu, melainkan di dalam hati dan pikiran umat-Nya (Yeremia 31:33). Ini berarti bahwa Allah menanamkan kehendak-Nya di dalam diri orang percaya, memberikan mereka kemampuan untuk hidup kudus dan menyenangkan hati-Nya, bukan karena paksaan, tetapi karena dorongan dari Roh Kudus.
Implikasi dari Ibrani 7:18 sangatlah luas. Bagi umat percaya, ini berarti kebebasan dari beban penghukuman hukum Taurat. Kita tidak lagi harus terus-menerus berusaha untuk memenuhi standar yang tidak dapat kita capai sendiri. Sebaliknya, kita dapat hidup dalam kepastian pengampunan dosa dan mengalami hubungan yang intim dengan Allah melalui Kristus. Ini adalah harapan yang sejati, sebuah fondasi yang kokoh yang tidak dapat digoyahkan oleh kelemahan manusiawi. Hukum yang lebih baik, yang diresmikan melalui Yesus Kristus, memberikan kepastian keselamatan dan kehidupan yang berlimpah, memampukan kita untuk menjalani kehidupan yang memuliakan nama-Nya.