Ayat Ibrani 7:6 adalah sebuah penegasan penting mengenai perbedaan mendasar antara sistem keimamatan Lewi dalam Perjanjian Lama dengan keimamatan Kristus yang baru. Ayat ini menyoroti status dan otoritas yang berbeda dari kedua sistem tersebut, dengan perbandingan yang cerdas antara Abraham, para imam Lewi, dan pribadi yang menerima persepuluhan.
Kependetaan Lewi dalam Kerangka Hukum Taurat
Bagian pertama dari ayat ini menyatakan, "dan yang menetapkan hukum Taurat itu, adalah keturunan Lewi". Ini merujuk pada seluruh sistem keimamatan yang didirikan melalui Musa dan hukum Taurat. Para imam yang melayani di Kemah Suci dan Bait Suci berasal dari suku Lewi, yang diutus oleh Tuhan untuk menjalankan tugas-tugas ritual, korban persembahan, dan perantaraan antara Tuhan dan umat Israel. Kependetaan mereka adalah bagian integral dari perjanjian Musa, sebuah perjanjian yang berbasis pada ketaatan terhadap hukum Taurat. Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun mereka melayani berdasarkan hukum Taurat, mereka sendiri tunduk pada hukum tersebut dan tidak memiliki otoritas untuk melampauinya.
Abraham dan Penerimaan Persepuluhan
Selanjutnya, ayat ini memperkenalkan sosok Abraham: "tetapi yang menerima persepuluhan itu, adalah keturunan Abraham". Di sini, penulis Surat Ibrani merujuk pada peristiwa di mana Abraham memberikan sepersepuluh dari segala miliknya kepada Melkisedek, raja Salem, seorang tokoh misterius yang dikenang karena keimanannya yang teguh dan perannya sebagai imam Allah Yang Mahatinggi. Peristiwa ini, yang dicatat dalam Kejadian 14, terjadi jauh sebelum hukum Taurat diberikan dan sebelum suku Lewi ada. Abraham, sebagai bapa orang beriman, sudah memiliki hubungan langsung dengan Allah dan menunjukkan kerendahan hati serta pengakuan terhadap otoritas ilahi melalui pemberian persepuluhannya.
Perbandingan Otoritas: Keturunan yang Lebih Rendah
Puncak dari perbandingan ini terletak pada kalimat terakhir: "sedang yang menerima persepuluhan itu, adalah keturunan yang lebih rendah." Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Melkisedek, yang menerima persepuluhan dari Abraham, memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada Abraham sendiri. Dan karena imam-imam Lewi adalah keturunan Abraham, maka secara inheren, sistem keimamatan Lewi berada di bawah otoritas Melkisedek. Ini adalah argumen yang kuat untuk menunjukkan bahwa keimamatan berdasarkan hukum Taurat bukanlah keimamatan yang tertinggi atau final. Keimamatan Melkisedek, yang bahkan telah menerima persepuluhan dari leluhur mereka, menunjukkan sebuah tatanan keimamatan yang lebih unggul dan mendahului.
Implikasi Teologis
Dalam konteks Surat Ibrani, seluruh perbandingan ini mengarah pada keimamatan Yesus Kristus. Yesus diidentifikasi sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Ibrani 5:10). Dengan demikian, keimamatan Yesus jauh melampaui keimamatan Lewi, karena Ia tidak berasal dari garis keturunan Lewi melainkan dari Yehuda, dan persembahan-Nya bukan sekadar korban binatang, melainkan pengorbanan diri-Nya sendiri yang sempurna dan kekal. Ibrani 7:6 membantu pembaca memahami mengapa Kristus harus menjadi Imam Besar, bukan berdasarkan hukum Taurat, tetapi berdasarkan tatanan yang lebih tinggi dan kekal, yaitu tatanan Melkisedek.