Imamat 1:5

"Kemudian haruslah ia menyembelih lembu itu menjadi korban penghapus dosa di hadapan TUHAN; lalu anak-anak Harun, para imam itu, harus mempersembahkan darahnya dan memercikkannya ke mezbah, di sekelilingnya."

Kitab Imamat, bagian dari Taurat Musa, merupakan sumber penting yang memberikan panduan detail mengenai ibadah dan kehidupan rohani umat Israel di bawah perjanjian Allah. Salah satu fokus utamanya adalah mengenai sistem persembahan korban yang menjadi inti dari penyembahan dan pendamaian dosa. Ayat Imamat 1:5 secara spesifik membahas mengenai cara pelaksanaan korban bakaran, khususnya lembu, yang dipersembahkan di hadapan Tuhan.

Ayat ini menggarisbawahi bahwa setelah lembu disembelih, darahnya menjadi elemen krusial dalam proses persembahan. Darah inilah yang harus dipersembahkan oleh anak-anak Harun, para imam, dan kemudian dipercikkan ke sekeliling mezbah. Tindakan ini bukan sekadar ritual formal, melainkan memiliki makna teologis yang sangat mendalam. Darah dalam konteks Perjanjian Lama melambangkan kehidupan, dan persembahan darah menandakan penyerahan kehidupan sebagai pengganti dosa umat. Percikan darah ke mezbah adalah simbol pembersihan dan penebusan, yang menghubungkan umat dengan Allah yang kudus.

Peran para imam, keturunan Harun, dalam proses ini sangat penting. Mereka adalah perantara yang ditunjuk Tuhan untuk melayani di hadapan-Nya dan memfasilitasi hubungan antara manusia dan Allah. Tugas mereka adalah melaksanakan semua instruksi dengan teliti, memastikan bahwa setiap aspek dari persembahan korban dilakukan sesuai dengan kekudusan dan ketetapan ilahi. Kesalahan dalam pelaksanaan bisa berakibat fatal, mengingat kekudusan Allah yang mutlak.

Dalam konteks yang lebih luas, Imamat 1:5 dan persembahan korban yang dijelaskan di dalamnya, memberikan gambaran awal dari konsep penebusan dosa yang akan digenapi sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus. Darah lembu sebagai korban bakaran adalah bayangan dari darah Kristus yang dicurahkan untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Kristus sendiri adalah Imam Besar Agung yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna dan final, menghapuskan kebutuhan akan korban-korban lain yang berulang-ulang.

Memahami Imamat 1:5 membantu kita mengapresiasi kedalaman kasih karunia Allah dalam menyediakan jalan bagi manusia untuk mendekat kepada-Nya meskipun berdosa. Sistem korban ini mengajarkan tentang keseriusan dosa, kebutuhan akan pendamaian, dan keharusan adanya pengorbanan. Ini adalah pelajaran berharga tentang betapa mahal harga keselamatan dan betapa kudusnya Allah yang harus didekati dengan hormat dan ketundukan. Perintah untuk mempersembahkan darah ke sekeliling mezbah menunjukkan bahwa keadilan dan kekudusan Allah harus dipenuhi sebelum keselamatan dapat dinyatakan.

Setiap detail dalam petunjuk ibadah ini mengarah pada kebenaran yang lebih besar dan menunjuk kepada karya Kristus di kayu salib. Imamat 1:5, dengan instruksinya yang presisi, mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan penuh dalam penyembahan dan mengakui bahwa hanya melalui pengorbanan yang ditetapkan Allah, hubungan yang benar dengan-Nya dapat terjalin kembali.