"Dan Musa bertanya tentang korban penghapus dosa itu; ternyata korban itu telah terbakar habis. Maka marahlah ia kepada Eleazar dan Itamar, kedua anak Harun yang ditinggalkan itu, katanya:"
Representasi visual dari ketegangan, tanggung jawab, dan pentingnya kepatuhan dalam konteks Imamat 10:16.
Ayat ini terdapat dalam Kitab Imamat, yang merupakan kitab hukum dan ibadah dalam Perjanjian Lama. Bagian ini menceritakan tentang peristiwa tragis yang menimpa keluarga Harun, imam besar. Setelah penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam, Tuhan memanggil mereka untuk mempersembahkan korban. Namun, Nadab dan Abihu, dua putra Harun, bertindak lancang dengan mempersembahkan "api asing" yang tidak diperintahkan Tuhan. Akibatnya, api keluar dari hadirat Tuhan dan membinasakan mereka di tempat.
Dalam kekacauan dan kesedihan setelah peristiwa mengerikan itu, Musa memanggil Eleazar dan Itamar, dua putra Harun yang tersisa. Musa bertanya kepada mereka mengenai korban penghapus dosa yang seharusnya mereka persembahkan. Alih-alih memakannya sesuai dengan aturan ibadah, mereka ternyata telah membakarnya habis. Hal ini menimbulkan kemarahan Musa, sebagaimana tercatat dalam ayat 16. Kemarahan Musa bukan semata-mata karena kecerobohan, tetapi lebih dalam lagi, menunjukkan kekecewaan atas ketidakpahaman atau kelalaian dalam menjalankan tugas kekudusan yang dipercayakan kepada mereka.
Kepatuhan dan Ketaatan: Imamat 10:16 menyoroti betapa pentingnya kepatuhan yang ketat terhadap perintah Tuhan, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan kekudusan. Nadab dan Abihu menunjukkan ketidaktaatan yang fatal, dan meskipun Eleazar serta Itamar tidak dihukum mati, kelalaian mereka dalam menangani korban penghapus dosa menunjukkan adanya kekurangan dalam pemahaman dan pelaksanaan tugas imamat.
Tanggung Jawab Pelayanan: Ayat ini juga menekankan tanggung jawab besar yang dipikul oleh para pemimpin rohani atau siapa pun yang melayani Tuhan. Tugas mereka bukan sekadar ritual, tetapi melibatkan pemahaman yang mendalam akan hukum Tuhan dan kesungguhan dalam melaksanakannya. Kelalaian sekecil apa pun dalam pelayanan yang kudus dapat membawa konsekuensi serius, baik bagi diri sendiri maupun bagi umat.
Pentingnya Pengetahuan dan Pengajaran: Kemarahan Musa menunjukkan bahwa ia berharap Eleazar dan Itamar, sebagai anak-anak Harun dan calon imam, seharusnya memahami dengan benar prosedur ibadah, termasuk apa yang harus dilakukan dengan korban penghapus dosa. Ini mengindikasikan betapa krusialnya pengetahuan rohani dan pengajaran yang benar dalam sebuah pelayanan.
Meskipun kita tidak lagi hidup di bawah hukum imamat dalam Perjanjian Lama, prinsip-prinsip yang terkandung dalam Imamat 10:16 tetap relevan. Bagi umat Kristen, semua orang percaya dipanggil menjadi imam-imam Allah (1 Petrus 2:9). Ini berarti kita semua memiliki panggilan untuk melayani Tuhan dengan hati yang tulus dan ketaatan yang teguh.
Dalam konteks gereja modern, ayat ini mengingatkan para pemimpin jemaat, pendeta, majelis, dan setiap pelayan untuk selalu memeriksa diri. Apakah pelayanan kita dilakukan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan? Apakah kita sungguh-sungguh memahami panggilan kita dan melaksanakannya dengan kesungguhan? Godaan untuk melakukan "api asing" dalam pelayanan bisa bermacam-macam, seperti mengikuti tren dunia, mencari popularitas, atau melakukan pelayanan tanpa kasih dan hikmat Tuhan.
Lebih luas lagi, Imamat 10:16 mengajarkan kita tentang pentingnya integritas dalam setiap aspek kehidupan. Baik dalam pekerjaan, hubungan keluarga, maupun pelayanan kepada sesama, kita dipanggil untuk bertindak dengan setia, taat pada prinsip-prinsip kebenaran, dan bertanggung jawab atas setiap tindakan kita di hadapan Tuhan.
Peristiwa dalam Imamat 10:16 adalah peringatan keras tentang keseriusan ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa mengutamakan ketaatan, bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan, dan terus belajar untuk memahami firman-Nya agar pelayanan kita berkenan kepada-Nya.