Imamat 10:17 - Rahasia Korban Kesalahan

"Mengapa kamu tidak memakan korban kesalahan itu di tempat yang kudus? Ini adalah barang yang paling maha suci, dan korban itu diberikan kepadamu untuk menghapus kesalahan umat itu dan untuk mengadakan pendamaian bagi mereka di hadapan TUHAN."

Simbol Pendamaian dan Pengampunan dalam Perjanjian Lama Damai & Ampunan

Ayat Imamat 10:17 mengemukakan sebuah prinsip teologis yang mendalam tentang hakikat korban kesalahan dalam ibadah Perjanjian Lama. Ayat ini, yang diucapkan oleh Musa kepada Eleazar dan Itamar, putra Harun, menekankan pentingnya tindakan yang benar dalam mempersembahkan dan mengonsumsi korban-korban ini. Fokus utama adalah pada korban kesalahan yang merupakan bagian dari ritual pengudusan dan pendamaian.

Korban kesalahan (Hebrew: *asham*) berbeda dengan korban bakaran atau korban keselamatan. Korban ini secara spesifik dipersembahkan untuk menebus pelanggaran, kesalahan, atau dosa tertentu yang mungkin dilakukan seseorang, baik disengaja maupun tidak. Tindakan mempersembahkan korban kesalahan menunjukkan pengakuan atas kesalahan dan keinginan untuk memulihkan hubungan yang rusak dengan Tuhan serta sesama.

Musa mengingatkan para imam bahwa korban kesalahan adalah "barang yang paling maha suci." Ini berarti bahwa korban tersebut memiliki nilai kesucian yang sangat tinggi di mata Tuhan. Pentingnya tempat yang kudus dalam konteks ini tidak hanya merujuk pada lokasi fisik di tempat ibadah, tetapi juga pada kesucian dan kekudusan ibadah itu sendiri. Para imam memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua aspek ritual, termasuk pemrosesan korban, dilakukan dengan penuh hormat dan sesuai dengan perintah Tuhan.

Fungsi utama dari korban kesalahan, seperti yang dijelaskan dalam ayat ini, adalah untuk "menghapus kesalahan umat itu" dan "mengadakan pendamaian bagi mereka di hadapan TUHAN." Ini adalah inti dari makna penebusan dalam sistem korban Perjanjian Lama. Melalui kematian hewan korban yang tidak bersalah, dosa dan kesalahan umat ditimpakan kepada hewan tersebut, yang kemudian menjadi pengganti bagi umat di hadapan Tuhan. Darah korban yang dicurahkan melambangkan penghapusan dosa, dan penerimaan korban oleh Tuhan mendatangkan pendamaian.

Bagi umat Israel, ritual ini mengajarkan tentang keseriusan dosa, keadilan Tuhan yang menuntut pertanggungjawaban, namun sekaligus kasih dan kerahiman-Nya yang menyediakan jalan pengampunan. Memakan bagian dari korban kesalahan oleh para imam di tempat yang kudus adalah simbol penerimaan berkat dan pengampunan yang telah diperoleh melalui korban itu. Ini menunjukkan bahwa pemulihan hubungan dengan Tuhan membawa sukacita dan pemeliharaan bagi mereka yang terlibat dalam pelayanan.

Dalam arti yang lebih luas, Imamat 10:17 memberikan gambaran awal tentang kebutuhan umat manusia akan penebusan. Meskipun sistem korban Perjanjian Lama memiliki keterbatasan karena hanya bersifat sementara, ia menunjuk pada penggenapan yang lebih besar. Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, datang untuk mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna, sekali untuk selamanya. Melalui iman kepada-Nya, kita menerima pengampunan dosa dan pendamaian sejati dengan Tuhan, sebuah realitas yang jauh melampaui ritual-ritual kuno. Pengertian tentang korban kesalahan ini membantu kita menghargai kedalaman pengorbanan Kristus dan pentingnya hidup kudus di hadapan Tuhan.