Imamat 16:3 - Hari Raya Pendamaian dalam Perjanjian Lama

"Dengan cara inilah Harun harus masuk ke tempat kudus itu: dengan lembu jantan muda seekor untuk korban penghapus dosa dan dengan domba jantan seekor untuk korban bakaran."

Pendamaian
Ilustrasi simbolis dari elemen Hari Raya Pendamaian

Makna Mendalam di Balik Ayat

Imamat 16:3 merupakan bagian penting dari instruksi Ilahi mengenai Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) di dalam Perjanjian Lama. Ayat ini secara spesifik menjelaskan persiapan yang harus dilakukan oleh Imam Besar Harun ketika memasuki tempat kudus, yaitu Ruang Mahakudus, tempat kehadiran Allah bersemayam di antara umat-Nya. Persiapan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sarat makna teologis yang mendalam tentang dosa, kekudusan Allah, dan kebutuhan akan pendamaian.

Persembahan untuk Pendamaian

Perintah untuk membawa "lembu jantan muda seekor untuk korban penghapus dosa" dan "domba jantan seekor untuk korban bakaran" menggarisbawahi dua aspek krusial dalam proses pendamaian. Lembu jantan muda ditujukan sebagai korban penghapus dosa untuk Harun dan keluarganya sendiri. Ini menunjukkan bahwa bahkan seorang Imam Besar yang bertugas di hadapan Allah pun tidak luput dari keberdosaan dan memerlukan pengampunan. Kekudusan Allah begitu tinggi, sehingga siapapun yang mendekat harus terlebih dahulu dibersihkan dari dosa.

Selanjutnya, domba jantan dipersembahkan sebagai korban bakaran. Ini melambangkan penyerahan diri total dan ibadah yang sepenuhnya kepada Allah. Korban bakaran seluruhnya dipersembahkan kepada Allah sebagai tanda ketaatan dan kasih. Kedua jenis korban ini, yaitu korban penghapus dosa dan korban bakaran, secara kolektif menggambarkan bahwa pendamaian dengan Allah membutuhkan pengakuan dosa, penebusan, dan penyerahan hidup secara utuh.

Peran Imam Besar dan Ruang Mahakudus

Imam Besar memegang peran sentral dalam upacara ini. Ia adalah wakil umat Israel di hadapan Allah. Masuknya Imam Besar ke Ruang Mahakudus sekali setahun pada Hari Raya Pendamaian merupakan momen paling sakral dan menegangkan. Ini adalah satu-satunya kesempatan bagi seluruh bangsa Israel untuk mendapatkan pengampunan dosa secara kolektif. Keberanian dan ketepatan Harun dalam menjalankan tugas ini sangatlah penting, karena kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal.

Ruang Mahakudus itu sendiri melambangkan kehadiran Allah yang tak tersentuh dan tak terselami oleh manusia berdosa. Hanya melalui darah korban yang disucikan, dan hanya pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah, seseorang dapat mendekat kepada-Nya. Ayat ini menekankan betapa sucinya Allah dan betapa besar jurang pemisah antara manusia dan Dia akibat dosa.

Relevansi Hari Raya Pendamaian

Dalam konteks Perjanjian Baru, Hari Raya Pendamaian ini menjadi bayangan dan penggenapan dari kedatangan Yesus Kristus. Yesus, Sang Imam Besar Agung, telah masuk ke dalam Ruang Mahakudus yang sesungguhnya di surga, bukan dengan darah lembu jantan atau domba jantan, melainkan dengan darah-Nya sendiri yang sempurna. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus telah mendamaikan kita dengan Allah, menghapus dosa-dosa kita, dan membuka jalan bagi setiap orang percaya untuk memiliki akses langsung kepada Bapa di surga. Imamat 16:3, dengan segala kerumitan dan kekudusannya, menjadi saksi bisu tentang kebutuhan universal akan pendamaian, yang akhirnya dipenuhi secara tuntas dalam pribadi Yesus Kristus.