"Imamat 16:4: Imam itu harus memakai baju efod linen, dan ia harus berkain cawat linen; ia harus berikat pinggang dengan ikat pinggang linen dan memakai serban linen; itulah pakaian kudus. Ia harus membasuh tubuhnya dengan air dan mengenakannya."
Makna mendalam Imamat 16:4 dalam Konteks Hari Raya Pendamaian
Ayat Imamat 16:4 memberikan gambaran detail mengenai pakaian yang harus dikenakan oleh imam besar pada hari yang paling suci dalam kalender Israel: Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur). Ayat ini bukan sekadar catatan busana, melainkan mengandung makna teologis yang mendalam terkait kesucian, pemisahan, dan fungsi seorang hamba di hadapan Tuhan.
Busana Imam Besar: Simbol Kesucian Kata kunci dalam ayat ini adalah "baju efod linen", "cawat linen", "ikat pinggang linen", dan "serban linen". Bahan linen secara konsisten diasosiasikan dengan kesucian dan kemurnian dalam tradisi Israel. Pakaian ini berbeda dengan pakaian kemegahan yang biasanya dikenakan imam besar pada hari-hari biasa. Untuk Hari Raya Pendamaian, imam besar mengenakan pakaian sederhana namun kudus, yang menandakan pemisahan dirinya dari segala hal duniawi dan fokus pada tugasnya yang krusial. Linen melambangkan ketulusan dan kebenaran, yang esensial bagi siapa pun yang bertugas membawa pendamaian bagi umat Allah.
"Ia harus membasuh tubuhnya dengan air dan mengenakannya." Klausul ini menegaskan bahwa kesucian bukan hanya dari pakaian luar, tetapi juga dari kondisi internal dan fisik imam itu sendiri. Pembersihan diri secara fisik sebelum mengenakan pakaian kudus adalah simbol pembersihan rohani. Imam besar harus hadir di hadapan Tuhan dalam keadaan murni, baik secara lahiriah maupun batiniah. Tindakan membasuh ini mengindikasikan bahwa pelayanan di hadapan Tuhan memerlukan penyucian yang terus-menerus dan kesadaran akan kekudusan-Nya.
Fungsi Pendamaian Hari Raya Pendamaian, yang diatur dalam Imamat pasal 16, adalah hari di mana imam besar masuk ke Ruang Mahakudus untuk mempersembahkan korban pendamaian bagi dosa-dosa dirinya sendiri, keluarganya, dan seluruh umat Israel. Pakaian linen yang dikenakan pada hari ini mengingatkan akan tujuan utama ibadah: untuk mendekatkan umat yang berdosa kepada Allah yang kudus. Imam besar, yang bertindak sebagai perantara, harus sendiri berada dalam keadaan yang layak dan kudus untuk menjalankan tugas mulia ini.
Pakaian yang berbeda ini juga menekankan perbedaan peran dan tugasnya pada hari ini. Berbeda dengan pakaian emas yang melambangkan kemuliaan dan keagungan, pakaian linen murni melambangkan kerendahan hati dan fokus pada pengorbanan. Ini adalah pakaian yang dipakai seorang pelayan yang siap menanggung beban kesalahan umatnya di hadapan Tuhan.
Dalam perspektif Kristen, pakaian linen kudus ini seringkali dilihat sebagai bayangan dari Kristus sendiri. Yesus, Anak Domba Allah yang tanpa cela, adalah Imam Besar agung kita yang mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban pendamaian yang sempurna di kayu salib. Dia telah membasuh kita dengan darah-Nya, menyucikan kita, dan melalui Dia, kita kini dapat menghadap Allah Bapa dengan keberanian dan dalam kekudusan. Ayat Imamat 16:4, dengan demikian, tidak hanya berbicara tentang ritual masa lalu, tetapi juga menunjuk pada penggenapan ilahi yang menawarkan pendamaian abadi bagi seluruh umat manusia.
Untuk mempelajari lebih lanjut, Anda bisa membaca Imamat 16:4 di Alkitab Sabda.org.