Kemitraan yang Mengarah pada Kejatuhan Refleksi dari 2 Tawarikh 18:2

2 Tawarikh 18:2 - Kemitraan yang Sesat

"Maka Yosafat mendapat bencana, lalu pergi menemui raja Israel."

Awal dari Sebuah Kesalahan

Ayat ini, 2 Tawarikh 18:2, mungkin terdengar singkat dan lugas, namun di dalamnya terkandung benih dari sebuah kisah peringatan yang mendalam. Ayat ini membuka pintu menuju hubungan yang akan membawa konsekuensi besar bagi Raja Yosafat dari Yehuda. Yosafat, yang dikenal sebagai raja yang berusaha menapaki jalan yang benar di hadapan TUHAN, justru mengambil langkah yang tampaknya sepele namun berujung pada tragedi. Tindakannya untuk "pergi menemui raja Israel" bukanlah sekadar kunjungan diplomatik biasa, melainkan sebuah permulaan dari kemitraan yang didasarkan pada tujuan yang berbeda, dan yang lebih penting, pada pengaruh yang tidak saleh.

Raja Ahab: Cerminan Kecerobohan

Raja Israel yang dimaksud di sini adalah Ahab. Sejarah mencatat Ahab sebagai salah satu raja Israel yang paling jahat. Ia dinikahi oleh Izebel, seorang perempuan Fenisia yang menyembah Baal, dan di bawah pengaruhnya, Ahab melakukan banyak kejahatan di mata TUHAN. Ia membangun mezbah untuk Baal, menyembah dewa-dewa asing, dan bahkan mengizinkan para nabi Baal untuk berkembang di negerinya. Yosafat, yang memiliki kecenderungan untuk berbuat baik, tampaknya dibutakan oleh keuntungan politik atau mungkin terbuai oleh janji-janji kerjasama yang ditawarkan oleh Ahab. Ia mengabaikan fakta bahwa Ahab adalah seorang penyembah berhala yang terang-terangan menentang TUHAN.

Dampak Kemitraan yang Tak Sehat

Kemitraan antara Yosafat dan Ahab dalam pasal 18 ini akhirnya membawa mereka pada peperangan melawan Aram di Ramot-Gilead. Namun, sebelum perang itu terjadi, Yosafat tidak cukup berhati-hati dalam mencari nasihat rohani. Ia lebih mendengarkan empat ratus nabi Ahab yang meramalkan kemenangan, alih-alih mencari nabi TUHAN yang sejati. Ketika Nabi Mikha, anak Yimla, akhirnya dipanggil, ia memberikan nubuat yang berbeda, yaitu malapetaka. Namun, nubuat ini diabaikan.

Kisah ini mengajarkan kita betapa pentingnya memilih dengan bijak siapa yang kita jadikan teman dan mitra. Kawan yang saleh akan mendorong kita untuk lebih dekat kepada Tuhan, sementara kawan yang tidak saleh, meskipun mungkin menawarkan keuntungan duniawi, pada akhirnya dapat menarik kita menjauh dari jalan kebenaran. Hubungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang bertentangan dengan firman Tuhan dapat membawa kehancuran, baik secara spiritual maupun material. Yosafat, meskipun pada akhirnya selamat dari peperangan itu berkat campur tangan Tuhan, harus menghadapi teguran dari Nabi Yehu atas tindakannya. Pelajaran dari 2 Tawarikh 18:2 bergema hingga kini: hati-hatilah dalam menjalin kemitraan, terutama ketika itu melibatkan potensi pengaruh terhadap iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan.