Imamat 18:2 - Panggilan untuk Kekudusan

"Katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Allahmu."

Simbol Keilahian dan Kepatuhan Gambar stilistik menampilkan siluet tangga yang naik menuju awan terang dengan lambang hati di dasarnya, melambangkan jalan menuju kekudusan dan perintah Tuhan. TUHAN

Memahami Perintah Kekudusan

Imamat 18:2 bukan sekadar pengingat identitas, tetapi sebuah fondasi yang kokoh bagi seluruh hukum dan aturan yang akan disampaikan kepada bangsa Israel. Kalimat sederhana ini, "Katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Allahmu," menggarisbawahi otoritas dan keagungan Tuhan sebagai sumber segala kebenaran dan tuntunan. Tuhan memperkenalkan diri-Nya, bukan sebagai penguasa yang jauh, melainkan sebagai Allah yang terlibat dalam kehidupan umat-Nya, Sang Pencipta yang mengasihi dan memiliki rencana bagi mereka.

Dalam konteks kitab Imamat, yang banyak berbicara tentang kekudusan, persembahan, dan pemisahan diri dari praktik-praktik bangsa lain, ayat ini menjadi landasan teologis yang krusial. Tuhan mengingatkan Israel bahwa sebagai umat pilihan-Nya, mereka dipanggil untuk hidup dalam kekudusan yang mencerminkan kekudusan-Nya. Ini bukan perintah untuk mengikuti tradisi atau adat istiadat manusia, melainkan untuk mentaati Sang Pencipta yang kudus.

Panggilan untuk Membedakan Diri

Bagian selanjutnya dari Imamat 18 secara rinci menjelaskan berbagai larangan dan perintah yang bertujuan untuk membedakan Israel dari bangsa-bangsa di Kanaan yang dikelilingi mereka. Perintah ini seringkali berkaitan dengan larangan praktik-praktik seksual yang tidak pantas, penyembahan berhala, dan perbuatan lain yang dianggap najis di mata Tuhan. Ayat 2 menjadi kunci pembuka untuk memahami mengapa aturan-aturan ini begitu penting. Israel harus membedakan diri mereka agar tidak tercemar oleh gaya hidup yang menyimpang dari kehendak Tuhan.

Menjadi "kudus" berarti terpisah, dikhususkan, dan disucikan untuk Tuhan. Ini bukan tentang kesempurnaan manusiawi yang tanpa cela, tetapi tentang upaya sadar untuk hidup sesuai dengan standar-Nya. Perintah "Akulah TUHAN, Allahmu" menekankan bahwa identitas dan kesetiaan Israel seharusnya hanya tertuju kepada Tuhan. Setiap bentuk penyembahan atau kepatuhan kepada ilah lain, atau praktik-praktik yang meniru kebiasaan bangsa lain yang menolak Tuhan, adalah pelanggaran terhadap perjanjian kekudusan ini.

Relevansi Hingga Kini

Meskipun ditujukan kepada bangsa Israel kuno, prinsip di balik Imamat 18:2 tetap relevan bagi umat percaya di masa kini. Panggilan untuk mengenali dan tunduk kepada Tuhan sebagai Allah kita adalah inti dari iman Kristen. Kita dipanggil untuk hidup kudus, memisahkan diri dari dosa dan gaya hidup yang bertentangan dengan firman-Nya. Dunia modern menawarkan banyak godaan dan norma yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Oleh karena itu, pengingat bahwa kita adalah milik TUHAN, Allah kita, sangat penting.

Kekudusan bukan tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan. Perintah Tuhan dalam Imamat, termasuk larangan-larangan yang berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup, berfungsi sebagai panduan untuk mencapai kekudusan tersebut. Dengan memahami siapa TUHAN itu, kita dapat lebih termotivasi untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Dia dalam segala aspek, baik dalam hal ibadah, moralitas, maupun hubungan interpersonal. Imamat 18:2 adalah sebuah pengingat yang kuat bahwa identitas kita sebagai umat Tuhan seharusnya tercermin dalam cara kita hidup.