Imamat 22:18 - Kurban yang Sempurna untuk Tuhan

"Kamu tidak boleh mempersembahkan binatang yang cacat atau yang sakit kepada TUHAN, Allahmu, sebab binatang yang demikian itu menjijikkan bagi TUHAN."
Kurban yang Sempurna untuk Tuhan

Ilustrasi sederhana kemurnian persembahan.

Memahami Imamat 22:18

Ayat dari Imamat 22:18 ini merupakan bagian dari peraturan yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel mengenai kekudusan dalam ibadah dan persembahan mereka. Perintah ini secara spesifik melarang penggunaan binatang yang cacat atau sakit sebagai kurban persembahan kepada Tuhan. Mengapa demikian? Tuhan, dalam kekudusan-Nya, menuntut yang terbaik. Binatang yang sakit atau cacat tidak hanya menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap pemberi hukum, tetapi juga mencerminkan ketidaksempurnaan dan kerusakan akibat dosa yang berusaha diatasi melalui sistem kurban.

Persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan haruslah yang terbaik yang dapat diberikan, mencerminkan keseriusan dan hormat umat kepada Sang Pencipta. Binatang yang sehat dan sempurna melambangkan kedekatan dan kesempurnaan yang Tuhan inginkan dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya. Kualitas persembahan mencerminkan kualitas hati persembahan. Ketika seseorang memberikan sesuatu yang cacat atau tidak layak, itu menunjukkan sikap hati yang tidak tulus, malas, atau bahkan meremehkan kesucian Tuhan.

Relevansi di Masa Kini

Meskipun kita tidak lagi mempersembahkan hewan kurban secara harfiah seperti di Perjanjian Lama, prinsip di balik Imamat 22:18 tetap relevan. Yesus Kristus datang sebagai Kurban yang sempurna dan tanpa cela (Ibrani 9:14). Kematian-Nya adalah penebusan yang sempurna untuk dosa-dosa kita. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mempersembahkan hidup kita sebagai "persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah" (Roma 12:1).

Ini berarti kita harus memberikan yang terbaik dari diri kita kepada Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Termasuk dalam pelayanan gereja, pekerjaan kita, hubungan kita, dan cara kita menggunakan waktu serta sumber daya yang Tuhan berikan. Persembahan terbaik bukanlah tentang kesempurnaan fisik atau materi semata, tetapi tentang ketulusan hati, kerelaan, dan pengabdian total. Memberikan "yang terbaik" berarti memberikan diri kita sepenuhnya, dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita, tanpa cacat atau kemalasan rohani.

Tuhan melihat hati kita. Persembahan yang kita berikan, baik itu waktu, talenta, atau materi, haruslah diberikan dengan semangat yang sama seperti kita mempersembahkan kurban yang sempurna di masa lalu. Marilah kita senantiasa berusaha memberikan yang terbaik untuk memuliakan nama-Nya, karena Dia layak menerimanya.