Imamat 22:25

"Juga dari tangan orang asing janganlah kamu menerima persembahan itu untuk dipersembahkan demi kekudusan bagi TUHANmu, supaya jangan hal itu menjadi kecemaran."

Simbol Kesucian

Firman Tuhan dalam Imamat 22:25 memberikan sebuah instruksi yang sangat spesifik dan mendalam mengenai persembahan kepada Tuhan. Ayat ini menekankan pentingnya integritas, kemurnian, dan kekudusan dalam segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Yang Mahatinggi. Perintah ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah cerminan dari hubungan yang kudus antara umat Tuhan dengan Tuhan itu sendiri.

Dalam konteks Kitab Imamat, persembahan memainkan peran sentral dalam kehidupan umat Israel. Persembahan adalah cara mereka untuk mendekat kepada Tuhan, memohon pengampunan dosa, mengungkapkan rasa syukur, dan memelihara hubungan perjanjian dengan-Nya. Oleh karena itu, kualitas dan sumber persembahan sangatlah penting. Tuhan tidak menginginkan persembahan yang "asal jadi" atau berasal dari sumber yang tidak murni.

Larangan untuk menerima persembahan dari "orang asing" dalam ayat ini memiliki beberapa lapisan makna. Pertama, "orang asing" dapat merujuk kepada mereka yang bukan berasal dari bangsa Israel, atau mereka yang tidak menyembah Tuhan yang sama. Menerima persembahan dari mereka bisa berarti mencampuradukkan ibadah kepada Tuhan dengan praktik penyembahan berhala atau tradisi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal ini dapat menodai kekudusan ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Yahweh.

Kedua, istilah "orang asing" juga bisa diartikan secara lebih luas sebagai siapa saja yang tidak memiliki hati yang benar di hadapan Tuhan, atau yang memberikan sesuatu dengan motivasi yang salah. Persembahan yang diberikan dengan niat yang tidak tulus, sebagai bentuk "pembayaran" agar lepas tangan dari kewajiban, atau sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan duniawi, pada dasarnya adalah persembahan yang "asing" bagi kekudusan Tuhan. Tuhan melihat hati, bukan hanya pemberian materi.

Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa persembahan semacam itu akan menjadi "kecemaran". Kata "kecemaran" (Hebrew: m'um'ah) menggambarkan sesuatu yang cacat, ternoda, atau tidak layak. Menerima persembahan yang tidak kudus berarti Tuhan tidak berkenan dengan pemberian tersebut, bahkan bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap kekudusan-Nya. Hal ini menggarisbawahi betapa pentingnya kesucian dalam setiap aspek hubungan kita dengan Tuhan, termasuk dalam hal memberikan persembahan.

Bagi kita di zaman sekarang, Imamat 22:25 tetap relevan. Bukan berarti kita tidak boleh menerima kebaikan dari orang yang berbeda keyakinan. Namun, ayat ini mengajarkan prinsip tentang pentingnya menjaga kemurnian motivasi dan integritas dalam memberikan persembahan kepada Tuhan, baik itu dalam bentuk waktu, talenta, harta benda, maupun pelayanan. Persembahan yang terbaik adalah yang diberikan dengan hati yang tulus, yang mengasihi Tuhan dan sesama, serta yang berasal dari kehidupan yang berusaha menyenangkan hati-Nya. Marilah kita belajar dari firman ini untuk senantiasa mempersembahkan yang terbaik dan terbersih bagi Tuhan, agar ibadah kita senantiasa berkenan di hadapan-Nya.