Imamat 23:4 adalah ayat kunci yang menggarisbawahi pentingnya hari-hari raya yang ditetapkan oleh Tuhan bagi umat-Nya. Ayat ini bukan sekadar daftar acara, melainkan sebuah undangan untuk mengenali dan merayakan tindakan-tindakan penebusan dan pemeliharaan Tuhan dalam sejarah umat-Nya. Hari-hari raya ini memiliki makna spiritual yang mendalam, berfungsi sebagai pengingat akan kebaikan, kesetiaan, dan kedaulatan Allah.
Ayat ini secara spesifik menyebutkan berbagai jenis persembahan yang harus dipersembahkan: korban bakaran, korban santapan, korban sembelihan, dan korban curahan. Masing-masing memiliki makna simbolisnya sendiri. Korban bakaran (holocaust) melambangkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Korban santapan (food offering) menunjukkan rasa syukur dan persekutuan dengan Allah. Korban sembelihan (peace offering) melambangkan pendamaian dan hubungan yang damai. Sementara korban curahan (drink offering) sering kali melengkapi persembahan lainnya, mengekspresikan kelimpahan berkat dan sukacita. Persembahan-persembahan ini bukanlah sekadar ritual mati, melainkan ekspresi hati yang tulus dari umat yang mengasihi dan menghormati Tuhan mereka.
Penting untuk dicatat bahwa hari-hari raya ini dirayakan "masing-masing pada waktunya." Ini menunjukkan tatanan dan keteraturan yang Tuhan tetapkan. Setiap hari raya memiliki waktu dan tujuan spesifiknya dalam kalender liturgis Israel. Penetapan waktu ini bukan tanpa alasan; sering kali terkait dengan siklus pertanian dan peristiwa penting dalam sejarah penebusan Israel, seperti Paskah yang merayakan keluarnya dari Mesir, atau Hari Raya Panen (Pentakosta) yang merayakan pemberian Taurat dan ucapan syukur atas hasil panen.
Dalam konteks yang lebih luas, hari-hari raya ini juga merupakan bayangan dari penggenapan yang lebih besar dalam diri Yesus Kristus. Umat Kristen masa kini melihat penggenapan dari banyak aspek hari raya ini dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Dia adalah Paskah kita, Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya untuk menghapus dosa dunia. Dia juga adalah Roh Kudus yang dicurahkan pada Hari Raya Panen, memberdayakan gereja-Nya. Oleh karena itu, perayaan hari raya kuno ini membawa kita untuk merenungkan karya penebusan Kristus yang berkelanjutan.
Merayakan hari raya Tuhan, sebagaimana diinstruksikan dalam Imamat 23:4, adalah tindakan iman yang memperkuat hubungan kita dengan Tuhan. Ini adalah momen untuk berhenti dari kesibukan sehari-hari, untuk mengingat karya besar Tuhan, untuk mengungkapkan rasa syukur, dan untuk memperbarui komitmen kita kepada-Nya. Bahkan di zaman modern, prinsip-prinsip di balik perayaan ini tetap relevan: menghormati Tuhan, mengakui kedaulatan-Nya, dan bersukacita dalam karya penyelamatan-Nya. Ini adalah undangan untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran-Nya dan untuk merayakan kasih setia-Nya yang tak berkesudahan.