Ayat Imamat 24:2 memberikan instruksi yang jelas dan spesifik dari Tuhan kepada Musa mengenai penyediaan minyak untuk pelita di Kemah Suci. Perintah ini bukan sekadar tentang benda mati, melainkan memiliki makna rohani yang mendalam bagi umat Israel. "Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun yang murni, yang tertekan, untuk lampu, supaya pelita selalu menyala." Kalimat ini menekankan tiga aspek penting: bahan baku, kualitas, dan tujuannya.
Pertama, bahan baku yang diminta adalah minyak zaitun. Minyak zaitun telah lama dikenal dalam budaya Timur Tengah kuno sebagai sumber cahaya yang andal. Proses mendapatkannya pun membutuhkan usaha dan ketekunan, dimulai dari pemetikan buah zaitun, kemudian penghancuran dan pemerasan untuk mendapatkan ekstraknya. Kata "tertekan" menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan adalah minyak berkualitas terbaik, yang didapat melalui proses yang intensif. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya memberikan yang terbaik kepada Tuhan, bukan hanya sisa atau apa yang tidak terpakai. Kualitas minyak yang murni ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga simbolik.
Kedua, kualitas "murni, yang tertekan" sangatlah krusial. Tuhan tidak menginginkan minyak yang dicampur atau berkualitas rendah. Kualitas murni ini mencerminkan kekudusan dan kesempurnaan Tuhan sendiri. Dalam konteks rohani, ini bisa diartikan sebagai persembahan hati yang tulus, murni, dan tanpa kepalsuan kepada Tuhan. Segala sesuatu yang kita persembahkan kepada-Nya, baik itu waktu, talenta, atau sumber daya, haruslah datang dari hati yang telah disucikan, yang telah "tertekan" oleh kehadiran-Nya untuk menghasilkan minyak kehidupan yang murni.
Ketiga, tujuan dari minyak ini adalah "supaya pelita selalu menyala." Pelita di Kemah Suci memiliki fungsi simbolis yang sangat penting. Ia merepresentasikan kehadiran Tuhan yang menerangi kegelapan, memberikan petunjuk, dan menjadi sumber kehidupan bagi umat-Nya. Pelita yang terus menyala menunjukkan bahwa umat Israel senantiasa berada dalam terang hadirat Tuhan. Ini adalah pengingat konstan akan iman mereka dan tuntunan ilahi yang mereka terima. Di dunia yang penuh dengan kegelapan dosa dan kebingungan, kita sebagai orang percaya dipanggil untuk menjadi terang, dan agar terang itu terus bersinar, kita perlu terus menerus "diisi" dengan minyak rohani yang murni.
Dalam kehidupan modern, ayat ini masih relevan. Minyak zaitun murni dapat dianalogikan dengan Firman Tuhan dan Roh Kudus yang menerangi jalan kita. Sama seperti pelita yang membutuhkan minyak untuk terus menyala, iman kita membutuhkan pengisian rohani yang berkelanjutan melalui doa, pembacaan Alkitab, dan persekutuan dengan sesama orang percaya. Kualitas persembahan kita kepada Tuhan juga haruslah yang terbaik, yang datang dari hati yang sepenuhnya dikuduskan. Dengan minyak murni yang memancar dari hati yang penuh, kita dapat menjadi saksi terang bagi dunia, mencerminkan kemuliaan Tuhan dan menerangi jalan bagi orang lain yang tersesat dalam kegelapan. Perintah sederhana ini membuka jendela wawasan tentang kedalaman kasih dan tuntunan Tuhan bagi umat-Nya, mendorong kita untuk selalu memberikan yang terbaik dan hidup dalam terang-Nya.