Dalam kekayaan Taurat yang membimbing umat pilihan Tuhan, terdapat firman yang sederhana namun mendalam maknanya, yaitu yang tertulis dalam Imamat 24:3. Ayat ini bukan sekadar instruksi ritual, melainkan sebuah pengingat konstan akan kehadiran Tuhan dan perlunya kesiapan rohani di hadapan-Nya. Perintah untuk menjaga agar minyak zaitun murni terus menyala di hadapan TUHAN di Kemah Pertemuan merupakan simbol cahaya yang tidak pernah padam, mewakili keabadian, tuntunan, dan penjagaan ilahi.
Ketetapan ini diberlakukan "dari petang sampai pagi," menandakan bahwa kehadiran Tuhan adalah konstan, tanpa jeda. Ini mengajarkan kita bahwa iman dan ketaatan bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan sesekali, tetapi sebuah siklus yang terus menerus, merangkum setiap aspek kehidupan, baik di kala terang maupun gelap. Terus menerus menyala, minyak zaitun ini memancarkan cahayanya, membersihkan kegelapan dan memberikan kehangatan spiritual bagi setiap orang yang mendekat kepada Tuhan.
Minyak zaitun murni yang digunakan dalam pelita Kemah Pertemuan adalah representasi yang kuat. Kemurnian minyak ini menyiratkan bahwa persembahan dan ibadah kita kepada Tuhan haruslah tulus, bebas dari kepalsuan dan motivasi yang tidak suci. Dalam konteks spiritual modern, ini bisa diartikan sebagai pentingnya memiliki hati yang bersih dan niat yang murni dalam setiap doa, pujian, dan pelayanan yang kita persembahkan. Hanya ketika hati kita murni, cahaya kita sendiri akan memancar dengan terang, mencerminkan kemuliaan Tuhan.
Imamat 24:3 juga menekankan bahwa ketetapan ini berlaku "untuk selama-lamanya bagi kamu turun-temurun." Ini bukan hanya untuk generasi Harun dan para imam pada masa itu, tetapi sebuah warisan rohani yang terus diwariskan. Setiap generasi dipanggil untuk memahami dan memelihara nyala api kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka. Ini adalah tanggung jawab kolektif untuk memastikan bahwa cahaya kebenaran dan kasih Tuhan tidak pernah padam di tengah-tengah umat-Nya.
Dalam kesibukan dunia modern, seringkali kita mudah teralihkan oleh berbagai hal yang menguras energi rohani kita. Namun, ayat ini mengingatkan kita untuk kembali kepada sumber cahaya sejati. Menjaga pelita rohani tetap menyala berarti secara aktif mencari hadirat Tuhan melalui Firman-Nya, doa, persekutuan, dan pelayanan kasih. Ini adalah cara kita memastikan bahwa "cahaya" Tuhan terus membimbing langkah kita, menerangi jalan yang mungkin tampak gelap, dan memberikan kekuatan di saat-saat terlemah.
Keindahan warna-warna sejuk dan cerah yang sering kita asosiasikan dengan ketenangan dan kedamaian, seperti warna hijau mint dan biru langit, dapat menjadi metafora bagi suasana yang ingin diciptakan oleh cahaya Tuhan. Ketenangan jiwa datang ketika kita membiarkan kehadiran Tuhan menerangi segala kekhawatiran dan ketakutan kita. Imamat 24:3 mengajak kita untuk senantiasa menjadikan Tuhan sebagai pusat, sumber cahaya yang tak pernah padam, dan memelihara hubungan yang murni dan akrab dengan-Nya, agar kita pun dapat menjadi terang bagi dunia.