Simbol tahun Yobel: Lingkaran melambangkan keabadian dan siklus, dengan terompet yang melambangkan pengumuman kebebasan.
Maka engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu, pada hari pendamaian, kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala di seluruh negerimu.
Imamat 25:9 adalah ayat kunci yang menetapkan awal dari sebuah periode penting dalam kalender keagamaan dan sosial bangsa Israel kuno: Tahun Yobel. Ayat ini memerintahkan untuk memperdengarkan bunyi sangkakala pada bulan ketujuh, tanggal sepuluh, yang bertepatan dengan Hari Pendamaian (Yom Kippur). Perintah ini bukan sekadar ritus keagamaan, melainkan sebuah sinyal yang mengumumkan dimulainya sebuah tahun yang penuh dengan pemulihan, kebebasan, dan keadilan bagi seluruh penduduk negeri. Tahun Yobel ini terjadi setiap lima puluh tahun, yaitu setelah tujuh kali tujuh tahun Sabat berlalu.
Secara teologis, Tahun Yobel menekankan kedaulatan Tuhan atas tanah dan keadilan-Nya terhadap umat-Nya. Tanah itu adalah milik Tuhan, dan bangsa Israel hanyalah pemegang amanat. Dengan adanya Tahun Yobel, Tuhan ingin mencegah akumulasi kekayaan dan kekuasaan yang berlebihan pada segelintir orang, serta mencegah kemiskinan yang ekstrem dan perbudakan yang bersifat permanen. Perintah untuk memperdengarkan sangkakala secara serentak di seluruh negeri melambangkan pengumuman universal tentang kebebasan yang datang dari Tuhan.
Praktik-praktik yang terjadi pada Tahun Yobel sangatlah transformatif. Pertama, semua budak orang Israel harus dibebaskan. Ini berarti bahwa tidak ada orang Israel yang boleh menjadi budak seumur hidup. Kedua, semua tanah yang telah dijual atau tergadai karena kemiskinan harus dikembalikan kepada pemilik aslinya atau kepada kaum keluarganya. Hal ini memastikan bahwa warisan leluhur tetap terjaga dan tidak berpindah tangan secara permanen, sehingga mencegah terciptanya kesenjangan sosial yang permanen. Ketiga, lahan pertanian dibiarkan tidak digarap, memberikan kesempatan bagi tanah untuk pulih dan bagi masyarakat untuk fokus pada aspek spiritual dan komunal.
Implementasi Tahun Yobel membawa berbagai manfaat sosial dan ekonomi yang mendalam. Ia menciptakan sebuah sistem yang secara berkala mengoreksi ketidakadilan ekonomi dan sosial. Kemiskinan yang melumpuhkan dapat diatasi dengan pengembalian tanah dan kebebasan. Keterikatan pada tanah warisan diperkuat, memelihara identitas dan akar keluarga. Selain itu, Tahun Yobel mengajarkan pentingnya belas kasihan, kemurahan hati, dan kepedulian terhadap sesama, mengingatkan bahwa kebebasan dan kesejahteraan sejati berasal dari Tuhan dan harus dibagikan kepada semua.
Konteks modern dari prinsip-prinsip Tahun Yobel masih sangat relevan. Meskipun kita tidak lagi mempraktikkan Tahun Yobel secara harfiah, semangat pemulihan, kebebasan dari penindasan, keadilan sosial, dan kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung tetap menjadi nilai-nilai fundamental yang harus diupayakan. Ayat Imamat 25:9 mengingatkan kita akan pentingnya jeda yang disengaja, pengumuman kebebasan, dan upaya untuk menciptakan tatanan yang lebih adil dan berbelas kasih, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk hidup dalam martabat dan kemakmuran. Prinsip-prinsip ini terus menginspirasi gerakan-gerakan keadilan sosial dan upaya pemberdayaan di seluruh dunia, menjadi pengingat abadi akan kerinduan Tuhan akan kebebasan dan pemulihan bagi semua ciptaan-Nya.