"Apabila seorang pemimpin berbuat dosa, dengan ketidaktahuan, dan ia melakukan salah satu hal yang dilarang oleh TUHAN, Allahnya, maka ia bersalah."
Ayat Imamat 4:22 merupakan bagian penting dalam Kitab Imamat yang menguraikan peraturan mengenai persembahan penghapus dosa di Israel kuno. Ayat ini secara spesifik membahas tentang kesalahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin, yang dalam konteks sosial dan keagamaan pada masa itu memiliki kedudukan yang istimewa.
Perhatikan frasa "dengan ketidaktahuan". Ini adalah kunci utama dari ayat ini. Kesalahan yang dibahas di sini bukanlah dosa yang disengaja atau pemberontakan terang-terangan terhadap hukum Tuhan. Sebaliknya, ini adalah pelanggaran yang terjadi karena kurangnya pengetahuan, kelalaian, atau karena tidak menyadari bahwa tindakan tersebut dilarang. Dalam sistem persembahan korban di Bait Suci, ada perbedaan perlakuan antara dosa yang dilakukan dengan sengaja dan dosa yang dilakukan dengan ketidaktahuan.
Seorang pemimpin, baik itu imam, hakim, atau tokoh masyarakat yang memiliki otoritas, diharapkan untuk memahami dan menjalankan hukum Tuhan dengan baik. Namun, seperti manusia pada umumnya, mereka pun bisa saja melakukan kesalahan tanpa menyadarinya. Implikasi dari kesalahan semacam ini adalah adanya rasa bersalah dan kebutuhan untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan.
Tuhan melalui Musa menetapkan bahwa bagi seorang pemimpin yang berbuat dosa dengan ketidaktahuan, ada mekanisme pemulihan yang harus dijalani. Mekanisme ini melibatkan persembahan khusus yang berbeda dari persembahan untuk orang biasa. Ayat-ayat selanjutnya dalam Imamat 4 akan menjelaskan jenis persembahan yang diminta, yaitu seekor kambing jantan yang tidak bercela. Persembahan ini kemudian dipersembahkan sebagai penghapus dosa baginya.
Tujuan dari persembahan ini adalah untuk menegaskan kembali prinsip bahwa setiap pelanggaran, sekecil apapun dampaknya atau tidak disengajanya, tetap merupakan pelanggaran terhadap kekudusan Tuhan. Dan untuk mendapatkan pengampunan, diperlukan pengorbanan. Pengorbanan kambing jantan ini menjadi simbol dari pengakuan dosa dan permohonan pengampunan.
Dalam konteks yang lebih luas, Imamat 4:22 mengajarkan beberapa hal penting. Pertama, pentingnya pemahaman akan firman Tuhan. Pemimpin, dan bahkan setiap orang percaya, dipanggil untuk terus belajar dan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan agar tidak jatuh dalam kesalahan yang tidak perlu. Kedua, bahwa Tuhan adil dan berbelas kasih. Ia menyediakan jalan bagi umat-Nya untuk mendapatkan pengampunan, bahkan ketika mereka berbuat salah tanpa sengaja.
Ketiga, ayat ini menjadi bayangan awal dari penggenapan agung yang datang melalui Yesus Kristus. Sebagai Imam Besar Agung, Yesus menawarkan pengorbanan diri-Nya yang sempurna untuk menghapus dosa-dosa umat manusia, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Melalui iman kepada-Nya, kita mendapatkan pengampunan yang sejati dan kekal, melampaui semua ritual dan persembahan di bawah hukum Taurat.